Between Us 26

2.5K 601 269
                                    




Yang kemarin sudah salting sama Choi Muda sini angkat tangaaaan. Voter ke berapa coba?

Oh iya, untuk awal part ada sedikit Trigger Warning, ya. Kalau mungkin dirasa kurang nyaman boleh di scroll beberapa paragraf.

















"Choi Taehyung!"

"Mama itu tidak pernah menyukaimu, jadi jangan berkata bahwa kau anak Mama di depan orang-orang!"

"Jangan dekat-dekat Mama!"

"Mama tidak memiliki waktu untuk ini!"

"Ini pelajaran untukmu!"

"Jangan membuat suara apa pun atau Papa akan marah padamu, Choi Taehyung."

"Lihatlah kau kotor sekali, Choi Taehyung!"

Taehyung tahu dia kotor, Taehyung tahu dia memiliki aroma apak pada rambutnya, bajunya sudah nyaris menyaru dengan warna tanah, namun apa daya. Taehyung sendiri tak pernah bisa menggapai lemari untuk mengambil baju ganti yang bersih. Taehyung nyatanya tak pernah diijinkan masuk ke kamar mandi sekadar untuk menggosok gigi sebelum tidur.

Taehyung kecil hanya bisa mencari air bersih dari keran di belakang rumah. Itu pun jika Mama tidak sedang ada di sekitarnya. Ketika Mama tidur. Ketika Mama sedang pergi berhari-hari dengan pria lain.

Taehyung kecil juga tidak diizinkan untuk tidur di dalam kamarnya sendiri. Apa yang ia punya hanyalah loteng tempat di mana dia biasa menangis seharian di sana. Hanya sebuah buku gambar hadiah dari Papa yang Taehyung miliki sebagai teman. Tidak ada apa pun di loteng. Tidak juga kardus-kardus yang bisa mengalihkan perhatian untuk bermain benteng-benteng perang. Tidak juga tali untuk bermain koboi-koboi-an.

Benar-benar tidak ada apa apun.

Choi Taehyung kecil terbiasa menghirup debu dari ruangan semnpit dan lembab. Terbiasa tertelan oleh rasa sepi dan kesendirian. Terbiasa dialiri oleh rasa takut akan hantu, suara keriut dari rangka atap kayu yang tertiup angin. Kepolosan dan keingintahuan bocah lima tahun itu sudah tertelan oleh rasa hampa, sumpah serapah, kebencian, dan juga penolakan besar dari sang ibu tiri menjadi sebuah identitas yang Choi Taehyung kecil percayai.

Dia kotor.

Dia tidak bisa apa pun.

Choi kecil itu tidak layak untuk dianggap ada.

Dan bocah itu merindukan Ayahnya.

Taehyung juga membutuhkan Kak Seokjin untuk mengulurkan tangan dan berkata; "Maaf Taehyung-ah, Kakak seharusnya tidak membiarkanmu di sini sendiri. Kau sudah makan? Kau ingin makan apa? Kau ingin mandi air hangat?"

Nyatanya tubuh Choi Taehyung bak seongok mayat hidup yang berjalan. Tulang rusuk pada dadanya menyembul jelas tatkala kaus lusuh itu diangkat untuk mengelap air keringat pada keningnya. Pipi yang dulu gembil menjadi tirus, sorot matanya benar-benar kosong dan mati. Bekas memar, langkah kaki yang terseok-seok di tengah malam, atau bahkan tangis yang sengaja ia telan sendiri agar tak membuat suara, membuat bocah dengan rambut tak terurus itu semakin menyedihkan. Di atas lantai kayu yang dingin tanpa selimut atau alas sebagai tempat mengadu rasa sedih, Choi Taehyung kembali tertidur dengan linangan air mata dan juga rasa sesak yang disimpan hati kecilnya sendiri.

"Kau itu memang tidak bisa apa pun tanpa diriku, Tae."

"Yang sopan pada Taehyung, Vincent. Kau nanti menyakiti hati lembutnya."

"Dengar ya bocah pemuja cat warna, sejak kapan kau berani berkata seperti itu padaku."

"Ayolah. Tidak ada yang suka dengan sikap sok tua mu itu di sini."

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang