Between Us 11

5K 1.1K 415
                                    

Yeee RBU cover baru nih, gimana covernya? Coba tebak ada siapa aja *psst, coba ditutup separuh-separuh gambarnya

Yeee RBU cover baru nih, gimana covernya? Coba tebak ada siapa aja *psst, coba ditutup separuh-separuh gambarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Voter ke berapa nih?





        Manusia itu bisa dimengerti, sifat manusia itu memiliki pola. Emosi tidak lain hanyalah proses kimia dalam otak yang tergerak oleh setitik rasa empati atau simpati yang dipercaya muncul akibat sisi spiritual yang digariskan oleh hidup. Anne dulu memang berpikir cukup lucu bagaimana ia memilih departemen pengampu yang akan ia tekuni selama kurun waktu empat tahun. Tidak, dia tidak berprinsip pada poin-poin awal yang banyak dipercaya oleh orang sebab Anne sendiri berpikir jika tidak ada sifat manusia yang bisa diukur di dunia ini. Anne memilih bidang psikolog sebab ia memang tidak mengetahui apapun tentang manusia, tentang dirinya sendiri juga.

            Setiap orang memang memiliki cara tersendiri untuk mengatasi masa lalu, melupakan kenangan buruk, dan Anne memilih cara paling sederhananya. Menghapuskan sedikit dari eksistensi dirinya sendiri. Jeon Anne. Padahal ia berpikir itu adalah nama yang pas.

            Jadi, saat ia melihat Vante menusuk kentang gorengnya dan mengunyah senang seperti ini adalah acara darma wisata sekolah, Anne tidak memiliki rasa atau ekspresi apapun untuk diutarakan. Mengingat rasa cemas, khawatir, bingung itu menggeliat tidak nyaman dalam rongga dada, Anne seketika kehilangan rasa untuk setidaknya mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana nama lengkapnya diketahui oleh orang lain saja sudah tidak memberikan indikasi yang bagus. Anne cemas.

            Tatkala Vante masih bercerita panjang lebar mengenai lukisan-lukisan yang tergantung pada galeri jurusan seni yang memang dibuka untuk umum, Anne terlebih dulu menyela dengan berdiri. "Van, apakah tidak masalah jika keliling kampusnya sampai di sini saja?"

            Vante yang sejenak berhenti untuk melahap potongan kesebelas kentang gorengnya,  kala ia mendapati wajah Anne yang seakan membutuhkan timpalan cepat. "Kau ingin ke mana? Sibuk sekali, ya?"

            Anne tidak akan mengulur waktu lagi untuk membuat semuanya terasa baik-baik saja. Kecemasan dan asumsi lain seolah merongrong di dalam dadanya. Gadis itu mengangguk. "Aku harus mengurus beberapa berkas tugas akhirku," jeda Anne, sedikit memaksa otaknya untuk menyusun kalimat terbaik tanpa terlihat ingin menghindari dan menunjukkan rasa frustasi yang semenjak tadi bersemayam di balik matanya. "Ini membutuhkan waktu yang lama. Sayang sekali aku tidak bisa mengajakmu berkeliling lebih jauh."

            Lolosan embun pada kaleng soda merambat turun tatkala Vante mengangguk. Embusan napasnya lolos sedikit menyayangkan namun Vante agaknya mengerti ia tidak bisa mendesak lebih jauh. "Baiklah, tidak masalah. Aku bisa menelpon Paman Min untuk menjemputku pulang nanti."

            Anne mengangguk lega, senyum itu menghiasi lengkung bibirnya saat ia menyambar buku di atas meja dengan cekatan. "Terdengar bagus, hubungi aku jika kau sudah sampai rumah," jeda Anne. "Setidaknya aku tahu kau sudah pulang. Hanya untuk membuatku lega."

Resilience-Between Us ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang