36. Karna Ratu

3.7K 322 0
                                    

"Alea!"

Yang di panggil menoleh sesaat, mendengus samar saat Gara berjalan kearah nya.

"Kenapa beberapa hari ini lo selalu ngihindar dari gue si?"

"Kita belum sedeket itu sampe lo bilang kalo gue ngehindarin lo." Alea berujar malas.

Belakangan ini, ia memang tak mau bertemu Gara. Bahkan bila lelaki itu sudah terlihat di mata nya. Dengan sekuat tenaga ia lari, mencari perlindungan, bersembunyi di mana pun itu asal tidak berpapasan dengan Gara.

"Lo mau kekantin kan? Ayo sama gue. Kita makan bareng." Gara tersenyum lembut, senyum yang bahkan jarang ia perlihatkan.

"Sudi gue? Makan aja sana sama Melati."

"Hari ini Melati gak masuk, sakit."

Alea tertawa sarkas,"Oh jadi gue cuma sebagai pelampiasa nih? Saat pemeran utama gak ada?"

"Gak begitu Le," Gara membasahi bibir bimbang. Mata nya melirik kearah teman-teman Alea yang begitu tajam menatap nya. Seolah bahwa ia memang menjadi pelaku utama dan yang menjadi korban hati Alea.

"Lo tau gimana Mawar nitip Melati buat gue kan?"

"Tau kok, tau kalo selalu itu alasan nya." Alea menatap Gara, "Harus nya dari awal lo gak usah kasih harapan, seolah jatuh sejatuh-jatuh nya pada cinta yang secinta-cintanya. Kalo akhirnya lo buat gue malah kaya sampah."

Tersenyum miring, Alea menggeleng. Meninggalkan Gara yang termenung sesaat. Sebelum langkah nya di tahan oleh Marun yang menatap nya datar.

"Alea paling gak suka di kejar, dia bakal risih." Gadis itu melepas lengan Gara.

"Apalagi yang ngejar Buaya kaya lo Gara." Tosca menyahut, menatap Gara remeh.

"WOI."

Mereka serempak monoleh pada Alea yang sudah berada di ujung koridor."Kalian ngapain si masih aja ngurusin cowok caper itu."

Alea menoleh pada Gara sesaat."Jangan jadiin Almarhumah ka Mawar alasan Gara, kalo emang faktanya Melati yang lo cinta."

Gara menggeleng samar,"Engga Alea, gue cinta nya sama lo."

Menggerang kesal saat Alea tetap berjalan bersama teman-teman nya tanpa menoleh sedikit pun. "Ga papa lo marah, asal lo maafin gue."

~•~

"Kamu tau aku cuma dokter umum Sin, aku gak bisa. Tapi kamu juga tau kalo aku gak bisa ngebantah keinginan Alea." Anna berujar lirih.

"Banyak dokter spesialis paru-paru di sini mba, pasien ku udah banyak." Sinta mencoba menjelaskan, bila kali ini keinginan Alea tak bisa ia lakukan.

Membasahi bibir bimbang."Iya aku tau, aku juga udah bilang begitu. Tapi kamu tau gimana keras kepala nya Alea kan? Dia mau bu Melody jadi pasien kamu juga."

"Aku udah periksa beliau, diagnosa ku si Paru-paru. Tapi aku gak tau apa penyakit yang bu Melody derita." Anna berucap, mengingat saat ia memeriksa Melody keluhan-keluhan yang wanita parubaya itu katakan memang berkaitan dengan penyakit paru-paru.

"Maaf mba," Sinta menggeleng. "Aku gak bisa. Kita fokus ke penyembuhan Alea saja ya?"

"Alea gak bakal mau,"
"Alea gak bakal mau, jalanin perawatan kalo Bun Melody belum di tangani." Terdengar suara frustasi dari bibir Anna.

"Oke begini, aku bakal periksa beliau sesuai keinginan Alea. Tapi kalo penyakit beliau sudah di ketahui aku gak bisa janji bakal masuk kedalam list pasien ku ya?" Sinta berujar. "Nanti kita bisa minta Cinta atau Sarah mereka juga sama-sama bagus kok."

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang