66. Secret

3.5K 293 10
                                    

Marun melangkah dengan pelan menuju ruang kelas, biasanya pagi seperti ini ia akan jalan berdua bersama Andy di koridor.

Tapi mulai hari ini, ia harus benar-benar bisa melupaka lelaki bajingan itu di pikiran dan hati nya.

"Ngambil berkas buat pindah?"

Langkah nya terhenti saat ia melewati ruang leb yang memang jarang di gunakan selain saat praktek. Telinga nya jelas mengenal suara itu, Suara milik Andy.

"Iya, mamah sama papah masih gak percaya kalo gue yang udah bunuh ka Mawar. Itu sebabnya proses pengadilan nya makin ribet. Apalgai gue masih di bawah umur!"

Suara yang sepertinya milik Melati berucap, membuat Marun mengerutkan kening bingung.

Jadi Melati belum bisa di pidana?
Jadi Alea belum baik-baik saja?

"Gue nysel ikutin apa kata lo Mel! Meski kita saudara. Tapi gue sebagai abang sepupu lo harus nya bisa cegah ini semua. Mawar juga sepupu gue."

"Gue di Do, Lo juga di Do. Gak bakal ada sekolah yang mau nerima gue terlebih gue udah kelas dua belas. Di tambah cap kriminal melekat sama kita berdua."

Andy nampak menghelanafas pelan.

"Semalam papah bilang mau kirim gue ke Aussie, gue gak bisa nolak. Dari pada di sini cuma buat keluarga malu."

"Serius?" Melati bertanya. "Ini semua gara-gara Merci! Dia ngehianatin kita! Awas aja kalo ketemu! Abis sama gue!"

"Jangan yang aneh-aneh Mel, kasihan tante Lily!" Andy berwejang. "Gue gak ngerti gimana perasaan nya kalo sampe tau lo beneran bunuh Mawar."

Marun nampak menajamkan pendengaran saat Melati tak juga bersuara.

"Dia gak bakal tau, salah satu bukti yang paling kuat itu dari pengakuan pelaku. Preman-pereman yang gue suruh buat ngebunuh ka Mawar masih aman kalo mereka tetep tutup mulut."

"Tapi sepinter-pinter nya lo nyembunyiin bangke pasti bakal kecium juga kan?" Tanya Andy.

"Engga, preman itu tinggal jauh dari sini. Mereka biasanya ada di ruko dekat stasiun pasar senen." Melati menjawab dengan tenang.

"Gue inget salah satu nama nya itu– Kang komar!"

Mata Marun mengerjap, itu dia! Ia harus mencari preman yang di sebutkan Melati untuk memperoleh barang bukti.

Gadis itu bergegas, ia harus memberitahu hal ini pada yang lain--

Duk!

Mata Marun terpejam saat kaki nya tak sengaja menendang tong sampah, yang pasti membuat Andy dan Melati curiga.

Tak memperdulikan mereka berdua, ia bergegas lari untuk bersembunyi.

Namun rupanya Marun tak seberuntung itu karna Melati dan Andy sempat melihat nya.

"Marun? Dia tau?"

Gadis itu melirik kearah Andy yang mungkin juga memikirkan hal serupa.

"Tau berarti Mati."

~•~

"Alea maafin Gara ya kalo selama ini sering buat kamu sakit hati atas kelakuan nya."

Alea menoleh, tersenyum sopan pada Bara yang tiba-tiba berucap. Entah mengapa keluarga dari Gara seketika datang menjengkuk nya.

Membawakan nya banyak makanan, Parsel buah, juga sebuket mawar merah. Bahkan mungkin orang-orang fikir akan di adakan acara lamaran. Bila tak tau kalo keluarga itu hanya sekedar datang menjenguk.

TURTLE (End)Where stories live. Discover now