75. Furious

3K 289 14
                                    

Tangan nya terus meraba kedepan, karna mata nya di tutup oleh sehelai kain hitam yang sebelumnya sudah di ikat Ratu. Mereka bilang ada kejutan yang akan membuat Alea senang.

"Coba di sentuh."

Alea menaikan tangan nya, kulit nya bersenyuhan dengan kulit wajah yang begitu lembut dan halus.

Tunggu, ia mengenal wangi ini, bau parfum seseorang yang mungkin sekarang ia rindukan. Ia menggeleng kecil. Mungkin hanya perasaan nya saja.

Tangan nya mulai menyentuh hidung, mata, bibir, rambut yang terasa panjang dan terawat. Ia begitu tau lekukan wajah ini. Lekukan milik–

Ia melepas ikatan di mata nya dengan sekali tarikan. "Marun?"

"Hai?" Gadis itu Marun, tengah tersenyum begitu cerah pada nya. Masih dengan kepala terbalut sedikit plester juga luka-luka di tangan.

"Gak mungkin!" Alea mundur dua langkah, mata nya mengadar saat keluarga nya tersenyum haru.

"Marun belum meninggal Le–"

"Gak mungkin Bun! Bunda bilang sendiri waktu itu! Kalian bilang sendiri kalo marun di makamin di Singapur! Dan aku berusaha percaya!" Alea menggeleng, menatap Anna sengit. Bukan hanya Anna. Namun Arta, Ghea, Ratu, Bahkan Marun dan kedua orang tua nya.

"Le dengerin penjelasan gue dulu!"

"Penjelasan apa Run? Lo fikir kematin itu main-main hah? Lo fikir gue gak sedih? Lo fikir hati gue itu apa lo boongin kaya begini!" Sahut Alea tak mau kalah.

"Kalo gue gak mati, Melati gak bakal puas! Dia bakal ngejar gue terus karna gue tau rahasia nya!" Marun menatap Alea serius.

"Kecelakaan gue gak separah kecelakaan lo waktu itu, gue bahkan masih sempet sadar dan sempet minta sesuatu yang mungkin susah buat di lakuin sama tante Anna." Gadis itu  menghelanfas pelan.

"Tapi ini juga buat lo Alea, buat kita semua."

"Gue emang gak ke Singapur, gue cuma pindah rumah sakit untuk perawatan beberapa hari. Setelah nya saat gue sembuh gue langung cari pelaku utama di balik kematian ka Mawar yang di perintah Melati."

Marun menatap Josua hangat. "Gue dan papah berhasil buat Melati masuk penjara karna kita udah punya bukti dan saksi Le."

"Trus sekarang lo puas?" Tanya Alea.

Membuat marun mengerutkan kening bingung. "Puas apa?"

Alea menghelanafas kasar, "Sekarang terserah deh, terserah kalian mau gimana? Toh aku juga bakal percaya aja. Aku kan bego." Gadis itu melewatkan Marun begitu saja. Berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

"Aku fikir aku bakal di sambut dengan pelukan, tapi sekarang–"

"Alea masih cape Run." Thalia tersenyum lembut. "Dia pantas ngerasa kecewa karna di bohongin."

"Kamu bahkan gak tau gimana tertekannya Alea waktu kehilangan kamu."

"Mamah sama papah bahkan sampe gak tega dan pengen ngasih tau yang sebenernya kalo gak ingat janji kami sama kamu."

Marun menggeleng ingin melangkah menyusul Alea namun lengan nya di taham oleh Anna.

"Biar tante aja ya?"

~•~

Anna memasuki kamar Alea yang tak terkunci, mata nya menatap Alea yang sudah berbaring di kasur dengan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuh nya.

"Masih marah?" Tanya Anna saat sampai tepat di samping ranjang Alea. Wanita itu duduk di sisi kasur.

"Alea berhak kok marah, Waktu kamu bohongin orang-orang tentang keadaan kamu juga kita semua marah."

TURTLE (End)Where stories live. Discover now