👑 Shaletta Mevousa Arkananda 👑

4.7K 770 56
                                    

ㅡ•ㅡ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅡ•ㅡ

BICARA mengenai Shaletta yang merupakan perwujudan Bunda sewaktu masih muda dulu. Kalem dan pintar, jarang terlibat hal-hal menye dan lainnya, sayangnya mulut tajam Ayah menurun pada anak gadisnya yang satu itu. Usai meletakkan buku-buku tugas teman-teman sekelasnya, Shaletta pamit keluar setelah menyapa seluruh guru bidang studi yang ia kenal, tak lupa dengan seulas senyum kecil. Sembari merapatkan jas almamater pada tubuhnya, gadis itu melirik rintik-rintik hujan di luar sana. Syukurlah, hujannya sudah mulai reda dan bertepatan dengan jam istirahat.

Kendati demikian pun Shaletta tetap akan jarang pergi ke kantin, bukan karena menghemat uang jajan tetapi Kaluna telah menyiapkan bekal untuknya susah payah. Selalu begitu, bila keempat kakak kembarnya senggang di saat pagi. Seluruh adik-adiknya mendapatkan bekal dan tentu diterima baik, terlebih-lebih bagi si bungsu Noella.

Gadis yang biasa dipanggil Cetta tersebut sontak melirik ke belakang saat ada yang berteriak. "AWAS! BULDOZER LEWAT! CIIIT! MINGGIR, WOI!"

Tanpa bisa mengambil langkah selanjutnya, tubuh Shaletta terpental jauh ke depan tatkala bertabrakan dengan seorang laki-laki. Lututnya tergores lantai koridor dan telapak tangannya terlebih dahulu mendarat guna menumpu badan. Ringisan mengudara pelan dari bibirnya, astaga! Haruskah Shaletta menyalahkan lantai yang licin atau orang itu yang ceroboh?

Alih-alih meminta maaf, pemuda tersebut malah berkacak pinggang setelah dibantu berdiri oleh temannya. "Heh! Budeg lo?! Gue udah teriak minggir padahal, gara-gara lo nih gue jatoh! Sial banget!"

Shaletta memutar bola matanya jengah, bangkit kemudian menatap dingin pada pemuda yang mengenakan label kelas 10 di sisi baju lengan kanannya. "Lo pikir koridor arena balap, hah?!"

Temannya menyenggol pemuda arogan tersebut. "Heh, udah! Dia ketos yang kemarin MPLS-in kita. Yok, pergi!"

"Halah!" Tio memutar bola matanya malas. "MPLS udah habis masa, bodo amat. Nggak peduli gue!" sambungnya kesal. Pemuda itu menunjuk-nunjuk lututnya yang kotor akibat lantai yang basah. "Gimana ceritanya celana gue nih? Ganti rugi."

Si gadis mendengus tak percaya dan mengulas senyum miring. "Lo pikir gue nggak bisa ngasih lo poin buat pemalakan yang lagi lo lakuin ini, hm? Mending tobat, deh. Masih kelas 10 gaya udah macem-macem aja. Nggak baik."

"Banyak bacot juga nih cewek," balasnya sebal.

Wirta menarik kecil lengan temannya agar Tio mau berhenti mencari pekara sebab orang-orang banyak yang menonton. "Heh! Dia kembarannya kak Maula! Mau lo nggak direstuin?!"

Shaletta mengerutkan keningnya perlahan, mengangguk kecil dalam kepala. Oh, suka Maula, ya? Wajar, sih. Maula memang mudah untuk disukai maka dari itu punya banyak teman. Sementara itu Tio menaikkan sebelah alisnya, melayangkan tatapan menelisik tak percaya pada kakak kelasnya.

Arkananda's Girl [ AESPA × ITZY ]Where stories live. Discover now