18.

9.3K 881 32
                                    

Di sini Heazel, bersama mantan kekasihnya dulu, bersama ibu dari anaknya yang telah lama dia tinggalkan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Di sini Heazel, bersama mantan kekasihnya dulu, bersama ibu dari anaknya yang telah lama dia tinggalkan.

"Gimana kabar lo, Va?" tanya Heazel berbasa-basi.

Vanya hanya tersenyum, sambil memainkan gelas kaca yang gagangnya panjang tipis menggunakan tangan kiri. "Lebih baik, setelah lo hancurin hidup gue dan pergi gitu aja." Senyuman yang Vanya berikan, semakin membuat desir di dada Heazel, senyuman yang mengisaratkan kesakitan.

Heazel menggengggam tangan Vanya, menatap masa lalunya itu dalam-dalam, mencari sesuatu, tetapi sudah tidak dia temukan. "I'm sorry," lirihnya.

Heazel tidak menemukan lagi kedamaian di mata indah Vanya, tatapan lembut manis itu sudah hilang, tatapan yang dulunya menjadi kesukaan Heazel, tatapan yang dulu bisa menenangkannya.

Sekarang, telah hilang.

Vanya yang dulu telah pergi. Berganti menjadi Vanya yang memendam kebencian serta sakit hati.

Heazel menyesali perbuatan kejinya dulu, yang menjadi pengcut karena meninggalkan Vanya saat sedang mengandung anaknya.

Vanya dulu sangat manis, sangat lembut, dan sangat baik. Senyumnya selalu ceria, selalu menampilkan rasa bahagia, tetapi apa sekarang? Itu semua telah hilang.

"Nggak usah basa-basi, to the point aja, kenapa lo ngajak gue ketemuan?" tanya Vanya memasang ekspresi dingin, tidak ramah sama sekali.

Heazel mengembuskan napasnya pelan. "Soal Agatha, anak kita."

"Anak lo, bukan anak gue," jawab Vanya ketus.

Heazel mengerutkan keningnya. "Dia hasil dari kesalahan kita malam itu, Vanya. Agatha anak kita."

"Hem..." Vanya mengangguk pelan. "Tapi sayang, Heazel. Gue benci anak itu karena perbuatan lo yang brengsek sekaligus pengecut. Jadi, gue nggak pernah anggap dia anak gue."

"Vanya, biar gimana dia anak kita. Jangan karena perbuatan orang tua, anak kena sasarannya," lirih Heazel. "Kita masih bisa memperbaiki semuanya, demi Agatha."

"Dengan cara apa? Kita nikah terus jadi keluarga bahagia?" Terkekeh pelan, Vanya kembali menatap Heazel dingin. "Never. Rasa gue udah mati, gue nggak kenal cinta dan gue nggak kenal keluarga. Apalagi buat nikah haha... gue nggak bakal mau."

"Lo tau, Heazel? Sekarang yang ada diotak gue cuma uang, uang, dan uang. Gue bakal lakuin apa pun supaya bisa dapetin uang yang banyak."

"Lo mau tau kenapa gue begini? Gue kasih tau, itu karena pas gue terpuruk banget, nggak orang yang bisa nyenengin gue, cuma uang yang bisa."

Heazel menggenggam tangan Vanya, tidak ada lagi kehangatan dulu, Vanya benar-benar sudah berubah seratus persen. "Kenapa lo jadi beda gini? Vanya yang gue kenal nggak kayak gini."

Menyentakkan kasar tangan Heazel, Vanya tersenyum miring. "Lo tanya sama diri dan kelakuan lo di masa lalu, kenapa gue bisa kayak gini."

Heazel hanya tersenyum miris, dia sadar kalau dia penyebab Vanya berubah dratis seperti ini. Tidak bisa dipungkiri sebesar apa rasa bersalahnya pada Vanya dan juga Agatha. "Gue denger dari Valent, Agatha sekarang tinggal sama lo?"

My Aunt My Hero [END].Donde viven las historias. Descúbrelo ahora