Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aw! Pelan-pelan ngapah, Dok! Sakit tau!"
"Iya tahan dikit, ya. Kalo nggak dibersihin nanti malah infeksi," ujar lembut dokter tersebut.
"Lagian, tuh orang bawa motor buta kali, ya. Masa nggak liat ada cewek secantik gue lagi jalan, main di serempet aja!"
"Aaa! Aduh-aduh My God. Dok, coba sini luka dokter yang saya pencet-pencet, mau? Dikira nggak sakit apa?!" celetuk Araxi sambil sesekali meringis sakit.
Dokter itu hanya menggeleng kepalanya melihat Araxi. Sesabar mungkin menghadapi Araxi.
"Udah selesai, kok. Lain kali hati-hati, ya kalo jalan. Biar nggak keserempet lagi," ucap dokter tersebut.
"Dokter harusan bilangin tuh, si pengguna motor yang nyerempet saya!"
"Ya, saya kan nggak tau siapa pengguna motor itu, orangnya juga nggak ada di sini. Gimana saya bisa bilanginnya?"
Araxi mengerutkan keningnya, mendelik tajam ke arah dokter itu. "Dokter naksir sama saya, ya?"
Mata dokter itu membulat, mendengar perkataan frontal Araxi. "Baru kali ini ada pasien sepede kamu!"
"Akuin aja kalo dokter naksir saya, kan saya emang cantik. Nggak usah gengsi, Dok. Gengsi harganya mahal, makanya banyak orang nggak berhasil karena gengsi!"
"Hem... Kata-kata kamu bagus, buat insta story saya."