36 : Manusia Bermuka Dua

335 48 26
                                    

Puisi memaksakan diri ke sekolah. Ia malas untuk berada di rumah tanpa melakukan apa-apa. Ia lebih suka sekolah, karena di sekolah dia bisa bertemu Nathan, makan-makan di kantin, berteman dengan Lena, gangguin bang Kalimat. Semuanya Puisi lebih senang di sekolah daripada di rumah hanya bisa di kamar main ponsel sangat membosankan.

Ucup dan Jubaidah yang melihat sifat keras kepala anak perempuannya itu tak bisa berkutik apalagi rayuan maut Puisi, akhirnya Ucup dan Jubaidah mengijinkan Puisi untuk pergi ke sekolah.

Puisi menuruni anak tangga dengan hati-hati, di bantu oleh Jubaidah.

"Kamu gak usah sekolah dulu yaa, besok aja sekolah nya." Jubaidah masih berusaha membujuk anaknya ini.

Puisi tersenyum menatap Bundanya, "Puisi malas di rumah Bunda, Puisi mau ke sekolah aja biar ketemu Nathan."

Jubaidah mengusap pucuk kepala anak perempuannya, "noh Nathan nya udah nungguin kamu di teras rumah." Ujar Jubaidah.

Mata Puisi langsung berbinar mendengarnya, "Nathan jemput Puisi Bunda!?" Tanya Puisi dengan wajah tidak percaya.

"Iya sayang." Senyum Jubaidah.

Puisi tersenyum lebar mendengarnya, ia meraih punggung tangan Jubaidah lalu langsung menyalimi nya dengan cepat, "assalamualaikum Bunda! Puisi mau samperin jodoh dulu." Seru Puisi, ia berlari terpincang-pincang demi segera menghampiri Nathan yang menunggu di teras rumah. Rasa nyeri di lututnya ia abaikan seketika.

Jubaidah yang melihat itu geleng-geleng kepala melihatnya.

"Nathan!" Pekik Puisi saat sampai di hadapan Nathan.

Nathan berdiri. "Bisa jalan?" Herannya melihat Puisi yang berdiri dihadapannya yang sudah rapi dengan seragam sekolah. Siap berangkat.

Puisi mengangguk, "kalau ada Nathan mah, Puisi jadi bisa segalanya! Meski kaki Puisi sakit, demi Nathan Puisi bisa lari temui Nathan." Serunya dengan senyum khasnya.

"Nak Nathan, tolong jaga Puisi selama di sekolah yaa, dia anaknya pecicilan mohon maklumin." Ujar Jubaidah di ambang pintu.

Nathan menatap Jubaidah, lalu mengangguk kecil, "iya."

"Yaudah yuk Nathan kita berangkat. Nathan pakai motor apa?" Tanya Puisi antusias.

"Pakai mobil." Jawab Nathan santai.

"Oalah mobil apa?" Tanya Puisi lagi.

"Mobil ambulance." Ujar Jubaidah menyahut.

Puisi memicingkan matanya ke arah Jubaidah, "ganggu aja mak-mak sosialita." Cibir Puisi.

"Pakai mobil apa Nathan?" Puisi mengulang pertanyaannya.

Nathan tak menjawab. Ia menyalimi punggung tangan Jubaidah sopan, "assalamualaikum Bunda." Ujar Nathan, setengah canggung karena ia memanggil Jubaidah dengan sebutan Bunda. Nathan melakukannya demi tidak mendapatkan pukulan maut dari Jubaidah seperti semalam karena dirinya memanggil Jubaidah dengan sebutan Tante.

"Waalaikumsallam hati-hati yaa bawa mobilnya." Senyum Jubaidah terhias menatap Nathan.

"Duh senangnya liat jodoh Puisi sama Bunda bisa akrab gini." Celutuk Puisi gemas.

Nathan melirik Puisi sekilas, tanpa meladeni, Nathan berjalan lebih dulu menuju mobil yang terparkir di carport. Puisi yang melihat itu berlari kecil mengejar Nathan dengan tertatih.

"Tungguin Puisi dong Nathan. Sakit nih lari mulu Puisi dari tadi." Cemburut Puisi saat di depan Nathan.

"Gak ada yang suruh lo lari." Jawab Nathan sekenanya, ia memasuki mobil.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang