50 : Ketakutan Puisi

311 49 12
                                    

Dea rasanya mau pulang saja. Sejak ia datang sampai sekarang Benua terus saja ketus dan mengabaikannya.

Setelah acara makan makan kue tadi, mereka duduk melingkar di balkon bermain ABCD Lima dasar. Mereka memutuskan memakai tema nama-nama hewan. Siapa yang tidak bisa menjawab maka siap-siap muka kena coret pakai bedak bayi.

"C!" Seru mereka semua.

"Cicak." Jawab Mawar.

"Capung." Sambung Puisi.

"Chettah." Sambung Benua.

"C...." Dea memutar otaknya untuk mencari jawaban nama hewan yang berawalan huruf C.

"Ah kelamaan lo! Sini coret aja muka lo!" Seru Kalimat yang duduk di samping Dea.

"Eh eh bentar dulu, gue mikir." Cegah Dea saat Kalimat hampir saja mencoret mukanya pakai bedak bayi itu. "Duh apa yaa?! Benua bantu aku jawab dong." Pinta Dea manja.

"Punya otak kan, mikir aja sendiri." Ketus Benua.

Puisi yang ada di samping Benua, memukul pelan bahu Benua, "gak boleh gitu Benua." Tegurnya, "jawab Cacing Dea." Kata Puisi memberikan jawaban pada Dea.

Ngapain sih nih si centil sok-sokan bantu, biar tebar pesona sama Benua pasti. Nyebelin. Gerutu Dea dalam hatinya.

Dea terpaksa tersenyum menatap Puisi, karena ia butuh Puisi untuk jadi alat agar Benua mau dengannya. Maka dengan sangat terpaksa Dea menjawab, "cacing." Ujarnya tak bersemangat. Ini demi dirinya selamat dari coret-coret muka pakai bedak.

Daripada make up gue ancur gara-gara bedak lima ribu gitu, gapapa deh gue turuni ego gue dikit.

"Sekarang giliran Bang Kalimat!" Seru Puisi.

"Mampus lo Mat!" Tawa Lena meledek, karena ia tahu pasti Kalimat tak punya jawaban terlihat jelas dari raut wajahnya.

"C... C...."

"C apaan dodol!" Damprat Ben.

"Tiga detik gak jawab kena coret!" Usul Kata. Membuat Kalimat gelagapan mencari jawabannya.

"Satu, dua, ti..." Semuanya berseru menggantungkan ucapan mereka di angka terakhir.

"Cenayang!" Jawab Kalimat yang tentu saja salah telak.

"Wuuuu uuu mana ada hewan namanya Cenayang!" Ben langsung menaburkan bedak di wajah Kalimat menggunakan telapak tangannya.

"Weh sialan, punya dendam lo yaa!" Protes Kalimat. Sangat ia yakini sekarang bentuk tangan Ben tercetak di wajahnya.

"Udah lo diam aja Mat!" Kekeh Genta, lalu ia ikut mencoret wajah Kalimat.

Satu persatu mencoret wajah Kalimat dengan penuh semangat, kejam, dan anarkis, kecuali Mawar. Perempuan itu tak berani mencoret muka Kalimat. Ada alasan besar yang membentenginya untuk tidak mencoret wajah Kalimat.

Wajah Kalimat sudah seperti ondel-ondel, entah dari ide siapa, tapi di wajah Kalimat sudah ada goresan lipstik yang banyak, entah milik siapa lipstik itu.

Kalimat memusut dadanya sabar, "untung gue sabaran gak emosian! Kalau nggak, dah lama kalian gue cincang!" Seru Kalimat.

Bukannya takut, mereka semua malah tertawa mendengarnya.

"Sok-sokan lu, bunuh nyamuk aja lo ngucap asyahadu dulu." Seru Genta. Yang mendapatkan dukungan penuh oleh semuanya.

"Tapi bener deh bang, muka Bang Kalimat jauh lebih cakep seperti ini daripada muka asli." Seru Puisi mengejek abangnya.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora