16. Rasa sakit pertama

485 72 11
                                    

Pagi Minggu ini Puisi sudah bersiap-siap untuk pergi. Sudah mandi, sudah dandan, sudah wangi.

Mau kemana?

Tentu saja kerumah Nathan. Dengan alibi ingin silaturahmi, sambil membawa dua toples kue kering, dan satu bungkus kue bolu pandan untuk calon mertuanya.

Puisi menatap dirinya dipantulan cermin. Tersenyum senang dengan penampilan sederhanannya.

"Gue yakin bunda Khaila kalau liat gue secantik ini, pasti langsung panggil penghulu buat segera sah kan gue jadi menantu nya." Kekeh Puisi. Gadis mudah sekali berkhayal, sekarang saja ia sudah mengkhayalkan bagaimana hatinya kalau apa yang barusan ia halukan beneran jadi nyata.

Puisi segera mengambil tas selempangnya. Lalu keluar dari kamar. Di ruang keluarga ia mendapati keluarganya sedang asyik menonton Drakor yang dipimpin oleh bundanya sendiri. Puisi terkekeh kecil melihat ekspresi Dady nya yang merasa sudah bosan.

"Bun, Puisi pergi yaa." Ucap Puisi menyakini Bella.

"Hmm. Hati-hati yaa. Semoga berhasil yaa anakku."

"Kalau gagal gimana Bun?" Tanya Puisi.

"Yaa coba lagi. Kejar dia sampai ke tembok Cina! Kalau dia tetep gak mau kita santet aja." Sahut Bella tanpa merasa berdosa.

Puisi terkekeh kecil. "Siap kepala suku Drakor! Laksanakan!"

Lalu Puisi beralih menyalimi Dady nya, "Puisi ke rumah calon mertua dulu yaa dady."

Zean mengacak rambut Puisi gemas, "kapan-kapan Nathan nya bawa dong kesini, Dady mau ngajak dia main."

"Main apa dady?" Tanya Puisi penasaran.

"Permainan syarat di terimanya sebagai calon mantu."

"Main apa tuh?"

"Main nya nanti di dapur. Ntar Dady ajak dia main lempar pisau. Siapa yang kena pisau dia yang harus dilarikan ke rumah sakit." Tutur Zean memasang wajah yakin, "gimana keren kan?"

Puisi bergidik ngeri, "Puisi berdoa semoga yang dilarikan ke rumah sakit itu bukan Nathan." Kesal Puisi, "otak Dady gak usah di setting jadi otak psikopat ga cocok sama muka dad." Lanjutnya sembari terkekeh.

"Yeay gini-gini juga Dady pernah buat orang sakit tanpa Dady pukuli." Bangga Zean mengingat zaman SMA nya dulu.

"Gimana dad caranya?" Tanya Kalimat sambil membuka kulit kuaci.

Zean menatap anak tengahnya, "caranya, kamu deketin orang itu, terus kamu baperin sampai orang itu suka bahkan cinta mati sama kamu, terus kamu tinggalin deh. Di jamin orang itu bakal galau berbulan-bulan. Percaya deh sama Dady."

"Waah keren juga caranya dad, ntar Kalimat praktekkin deh." Seru Kalimat penuh semangat.

Zean terkekeh, "bilang kalau udah berhasil yaa."

"Siapp partner dosa!" Ucap Kalimat tanpa takut dosa.

Sementara orang yang mendengar obrolan ayah dan anak itu, mereka tak punya kalimat yang tepat untuk menanggapi. Menanggapi omongan orang ga waras sama aja di suruh ngitungin pasir di pantai. Buang-buang waktu.

Puisi beralih menyalimi Kata yang menyibukkan diri dengan laptop kerja, "Puisi pergi bang."

"Mau Abang antar ga?" Tawar Kata.

Puisi tersenyum seraya menggeleng, "ga perlu kak. Puisi bisa kok. Kan adik cantikmu ini udah gede."

"Iyaa udah gede, udah gak minum susu SGM lagi." Sahut Kalimat sambil mengunyah kuaci.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang