64: Mencari Pelaku

312 56 66
                                    

Setelah hampir dua minggu menjalani terapi dan minum obat yang teratur, perlahan demi pasti kondisi tubuh Puisi mulai membaik, bahkan sekarang senyum Puisi sudah mulai terhias kembali. Semuanya tidak luput dari dukungan keluarga dan Nathan.

Untuk hari ini, Puisi datang ke tempat terapi di temani Nathan. Sejak pengakuan cinta semalam, Nathan menjadi begitu sangat peduli dengan Puisi, bahkan kata cuek  dan dingin seperti hilang di dalam diri Nathan saat ia bersama Puisi.

Jika kalian tanya bagaimana perasaan Puisi saat melihat Nathan mulai terang-terangan menunjukkan rasa sayang dan pedulinya pada Puisi maka jawabannya jelas sudah kalian ketahui, untaian kata bahagia mungkin tidak cukup untuk mendeskripsikan nya.

Puisi menghampiri Nathan yang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan seutas senyum Puisi menyapa Nathan. Nathan yang tadinya asik bermain ponsel mematikan ponselnya dan menatap Puisi, ia ikut tersenyum ketika Puisi tersenyum untuknya.

"Gimana kata dokter Bayu?" Tanya Nathan ramah.

"Kata dokter Bayu, kondisi Puisi udah baik bahkan bisa dikatakan sudah sembuh dari depresi. Puisi boleh gak ikut terapi lagi, dan gak minum obat pun udah gak papa, tapi dokter Bayu tetep kasih Puisi vitamin sih." Cerita Puisi.

Nathan senang mendengarnya, "bagus, tetap ikutin arahan dokter Bayu yaa." Kata Nathan, "lo gak boleh stres lagi, kalau nangis kabarin gue, jangan nangis sendirian."

"Kalau Puisi ngabarin waktu Puisi nangis emang Nathan mau ikut nangis bareng Puisi gitu kah?"

Nathan terkekeh kecil, "yaa buat lo biar gak nangis lah Puisi." Nathan berdiri dari kursinya, "emang elo cengeng." Ledek Nathan sambil tertawa renyah, sangat Nathan yakini pasti Puisi langsung kesal.

"Sejak es batu di dalam diri Nathan mencair kok Nathan jadi nyebelin sih, udah kayak bang Camat!" Kesal Puisi, ia tak segan menepak bahu Nathan.

Nathan terkekeh mendengarnya, sekarang mengganggu Puisi dan membuat gadis itu kesal sepertinya menjadi hobi baru Nathan. Nathan senang melakukannya.

"Ish bisa gak mulutnya nya itu gak usah ketawa apalagi senyum?" Dumel Puisi.

Nathan mengernyit, "emangnya kenapa? Kenapa gak boleh ketawa sama senyum?" Tanya Nathan yang tidak mengerti situasi.

Puisi memperhatikan sekelilingnya yang kebanyakan diisi oleh kaum hawa dari yang muda sampai yang tua, dan yang membuat kesal Puisi adalah kebanyakan dari mereka terus menatap Nathan, dengan tatapan berbinar. Siapa yang tidak kesal coba, saat orang yang kita sayang di lirik oleh orang lain dengan hasrat ingin memiliki.

Ish kayak gak pernah liat manusia ganteng aja, nyebelin deh. Kesal Puisi.

"Senyum Nathan itu mengundang banyak semut tau." Gerutunya.

"Maksudnya senyum gue manis?" Tanya Nathan pede, yaa emang harus pede sih, kan emang ganteng, wkwk.

Puisi mendengus tapi ia mengangguk membenarkan, "jadi berhenti tersenyum di tempat umum kalau gak mau di kelilingi semut." Ujar Puisi menekankan kata semut.

"Tapi kenapa? Senyum kan juga bagian dari ibadah, emang gak boleh gue beribadah?" Tanya Nathan dengan seutas senyum, ia  sengaja memancing, sebenarnya Nathan tahu maksud Puisi tapi membuat gadis di depannya kesal sungguh menjadi hobi baru yang menyenangkan untuknya.

Puisi menghela napasnya, "Nathan Muhammad Akbar yang terhormat biar Puisi kasih tahu yaa, Nathan itu ganteng, punya aura ketampanan di atas KKM, kalau Nathan senyum kayak gini orang ngiranya Nathan itu bisa di gapai sama mereka yang mau jadi pacarnya Nathan. Jadi demi mencegah hal yang tak di inginkan, alangkah lebih baik jika Nathan memasang muka datar dan dingin sedingin-dinginnya kalau di tempat umum, biar mereka yang naksir Nathan mundur alon-alon, karena merasa Nathan gak bakal bisa di gapai." Jelas Puisi secara rinci mengenai kekhawatiran nya.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Where stories live. Discover now