65 : Mencurigai Seseorang

295 54 74
                                    

Motor Nathan terparkir di carport rumah Puisi, sesuai janjinya semalam, kalau dia akan menjemput Puisi untuk ke sekolah. Syukurnya Puisi benar-benar mau. Sebuah kemajuan yang pesat jika seorang Puisi berani untuk ke sekolah setelah kejadian beberapa Minggu yang lalu atas kasus video semalam. Karena tidak semua orang berani untuk kembali ke tempat dimana rasa trauma itu muncul pertama kali.

"Nak Nathan gak mau tunggu di dalam aja?" Tanya Jubaidah yang berjalan menghampiri Nathan untuk duduk di kursi sebelah Nathan.

Nathan tersenyum tipis, "disini aja Tante."

Jubaidah tersenyum menatap wajah Nathan, "nak Nathan."

Nathan menoleh, "iya, kenapa tante?"

"Bunda aja." Kata Jubaidah, yang dibalas anggukan kikuk dari Nathan.

"Bunda titip Puisi sama kamu yaa selama di luar pengawasan Bunda." Pinta Jubaidah tulus.

Nathan tentu saja mengangguk dengan senang hati, "Bunda tenang aja, Puisi insya Allah aman kalau sama aku."

Jubaidah mengangguk, ia percaya Puisi benar-benar aman kalau sama Nathan, "makasih yaa Nak Nathan, berkat kamu Puisi bisa kembali bangkit lagi, perlahan kondisi Puisi mulai pulih dan sembuh. Terima kasih sudah mencintai anak Bunda." Ujar Jubaidah tulus, "sejak kamu serius mengatakan cinta kepada Puisi, Puisi jadi lebih semangat untuk bangkit, sekarang Puisi kesayangan kami kembali seperti dulu, bahkan yang sekarang jauh lebih baik dari yang dulu, dan itu berkat kamu Nak Nathan."

"Bunda tidak perlu berterima kasih, sudah jadi kewajiban aku membuat Puisi kembali ceria seperti dulu. Aku cuman berperan sebagai sosok yang selalu ada buat Puisi, sembuhnya Puisi bukan karena aku Bunda, tapi karena Puisi sendiri." Ujar Nathan.

Mendengar jawaban itu Jubaidah tersenyum simpul, "Puisi emang gak salah pilih kamu." Kata Jubaidah, "Nathan tenang aja, Bunda ada di pihak kamu, mendukung kamu seribu persen sama Puisi. Sama seperti Puisi antara kamu sama Benua, Bunda pilih kamu."

Nathan tersipu malu saat mendapat restu secara langsung dari Jubaidah, Nathan menyembunyikan rasa senangnya, dengan tersenyum tipis, "makasih Bunda."

"Widiih akrab sekali hubungan mertua dengan menantu ini yaah." Seru Puisi pada Jubaidah dan Nathan.

Jubaidah dan Nathan menoleh menatap Puisi yang berdiri di ambang pintu, cewek itu terlihat sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan penampilan barunya.

"Gimana Bun? Cantik gak Puisi pakai seragam sekolah, terus rambut baru Puisi gimana?" Puisi minta pendapat pada Jubaidah.

"Kamu potong rambut?" Tanya Jubaidah.

Puisi mengangguk sambil tersenyum, "di potongin sama Bang Kata tadi, bagus gak? Cantik gak Puisi?" Tanya nya dengan seutas senyum.

Jubaidah tersenyum ia melirik Nathan yang terlihat sekali terpesona dengan penampilan baru Puisi. "Kamu tanya aja sama Nathan." Kekeh Jubaidah, sambil berlalu dari hadapan dua sejoli yang lagi kasmaran ini.

Puisi melirik kepergian Bundanya sekilas, lalu menatap Nathan yang sejak ia datang ia belum mendengar suara Nathan sama sekali. Puisi tersenyum, "jadi gimana Nathan sama penampilan Puisi?" Tanya Puisi memainkan alisnya naik turun.

"Hah? Yaa apa? Kenapa?" Beo Nathan, tersadar dari lamunannya.

Puisi terkekeh, "gak papa, yaudah yuk berangkat, ntar telat lagi." Ajak Puisi.

Nathan mengangguk kikuk, "Bunda lo gimana..."

"Udah gak papa, kita langsung pergi aja, Bunda pasti sibuk di dapur bikin kue." Sahut Puisi menjawab keraguan Nathan.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang