☘️ Chapter__21 ;; Luka

3.1K 527 17
                                    

API yang berkobar sungguh keras terasa sehingga membuat seluruh tubuh Mark terasa dijilati hawa panas, tapi Mark sama sekali tidak memikirkan itu. Bahkan dia hiraukan berapa banyak sudah asap hitam yang ia hirup dan masuk ke dalam mengisi paru-parunya. Di dalam pikirannya sekarang hanyalah Haechan. Suara teriakan serta kepanikan di luar membuat suasana serta pikirannya semakin kacau.

Mark melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga menuju lantai dua, ia benar-benar harus bergegas. Api ini sungguh membuat perjalannya terasa sangat lama dan panjang. Nafasnya kini bahkan sudah terasa berantakan.

KIKK__

BRAKK__

Sebuah pintu di samping kirinya remuk serta hancur karena api yang menggerogoti dan kini terjatuh mengarah padanya. Mark dengan cepat menghindar. Namun sayangnya bongkahan kayu itu mengenai kaki kirinya.

"Akkhhh! Sial."

BUG___

Cepat-cepat Mark menendang kayu itu agar tidak terlalu lama memanggang kakinya. Tapi itu tidak bisa dielakkan. Bahkan walau sebentar saja, kejadian yang barusan berhasil meninggalkan bekas terbakar yang cukup parah.

Panas.

Perih.

Mark dapat merasakannya, kakinya melepuh dan terluka dari pergelangan hingga betisnya. Kulitnya terkelupas, memerah, bahkan bagian putih daging kakinya dapat ia terlihat. Mark frustasi, disaat seperti ini dia tampak sangat lemah, ia benci dirinya. Benci melihat kondisinya.

BUG__

BUG__

BUG__

"MARK! Kau bisa! Kau bisa! Bangun bodoh!"

Mark memukul-mukul kedua pahanya, berharap nyeri yang dia rasakan mereda. Dengan kaki terluka ia paksakan dirinya untuk bangun, nafasnya juga hampir habis. Namun bayangkan akan Haechan membuat dia harus kuat, apapun yang terjadi.

Mark berjalan tertatih, ia menggertakkan gigi-giginya, memberikan sugesti pada otaknya bahwa tubuhnya masih baik-baik saja. Menaiki satu demi satu anak tangga itu dengan memaksakan tenaga yang masih tersisa. Hatinya sedikit lega saat dia mendengar suara mobil pemadam dan mungkin juga mobil ambulans di luar sana yang sudah sampai. Saat akan naik ke lantai tiga.

Langkahnya terhenti.

Ekor matanya menangkap ada tubuh seseorang yang tergeletak di bawah tangga. Walau asap dan api menutupinya, Mark dengan yakin apa yang dia lihat itu adalah tubuh manusia. Mark berjalan mendekat, dekat dan semakin mendekat, matanya membola sempurna saat ia sudah sampai di tubuh orang itu.

DEG__

"HAECHAN?"

BRUKK__

Mark langsung menjatuhkan tubuhnya agar berlutut di dekat tubuh seseorang yang dia temui ini, dengan hati-hati Mark mengangkatnya dan ia putar agar mengahadap pada dirinya. Tangan Mark bergetar hebat, benar saja dugaannya, ini adalah Haechan yang kini tidak sadarkan diri. Ditambah lagi dapat ia merasakan darah keluar dari belakang kepala Haechan, bahkan keadaannya lebih parah.

"Tidak! Tidak! Tidak! kumohon jangan, Haechan? kau masih bangun bukan? Kumohon." Mark mulai terisak, pikirannya kosong, tubuhnya seperti di tindih bebatuan yang sangat besar. Mark menggeleng, dengan buru-buru ia mengangkat tubuh Haechan. Ia paksaan tubuhnya untuk berdiri dan menopang tubuh Haechan di belakang punggungnya. Peduli setan dengan kakinya yang terasa akan patah, keselamatan Haechan lebih penting, Haechan merupakan prioritas Mark sekarang.

"Kumohon Haechan, bertahanlah. Aku akan membawamu keluar. Jika kau dengar aku kumohon jawab aku__"

Mark menangis, luka hatinya bahkan lebih kuat ia rasakan. Mendapatkan Haechan dalam kondisi seperti ini sungguh membuat perasaannya sakit.

[05] TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang