Kehidupan Pertama : Tiga

230 43 14
                                    

"Aku tidak menyukainya. Aku menyukaimu."

"Hahaha! Kau sangat pintar bercanda, Hyungnim."

Junmyeon bangkit dan mendekati Hoseok secara tiba-tiba. Ia memandang Hoseok dari jarak yang memisahkan hidung mereka hanya beberapa centimeter.

"Apa aku terlihat bercanda?"

"Hy-Hyungnim, apa yang kau lakukan?"

Junmyeon mengamati pupil Hoseok yang membesar seiring wajahnya yang terus mendekat dan mendekat hingga ujung hidung keduanya bersentuhan.

"Jangan pernah bercanda tentang perasaan," lirih Junmyeon sebelum mengikis jarak dan menempelkan bibirnya dengan bibir merah Hoseok.

Hoseok mendorong dada Junmyeon menjauh dan mengusap bibir dengan punggung tangannya.

"Hyungnim, kau...kenapa kau lakukan itu?"

"Supaya kau percaya bahwa aku tidak bercanda."

Mata Hoseok diselimuti bara api. Hati dan kepalanya memberontak. Mereka menekankan kata KESALAHAN berkali-kali.

"Ini salah. Tidak tidak tidak! Tidak benar!" Hoseok mulai histeris.

"Hoseok-ah...."

"Berhenti. Menjauhlah dariku."

Hoseok berlari pulang meninggalkan rumah Junmyeon tanpa berpamitan. Ia segera memasuki kamar mandi dan membasuh bibirnya dengan sabun beberapa kali.

"Dia sudah gila. Kenapa dia tega melakukannya?"

---

Seminggu sudah Hoseok mendiamkan Junmyeon. Ia sengaja tak mengunjungi rumah lelaki itu. Bahkan ia pernah dengan sengaja membuang muka kala berpapasan dengan Junmyeon, membuat pemuda tersebut sedih.

Sore harinya, Junmyeon yang berjalan pulang melihat punggung Hoseok. Ia akan selalu mengenali lelaki itu kapanpun dan di manapun. Junmyeon menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia mendekati Hoseok atau tetap menjaga jarak.

Tanpa sadar, jarak mereka semakin terkikis dan Junmyeon berdiri tepat di belakang Hoseok. Tanpa pikir panjang, ia menarik Hoseok dan membawanya ke tepi sungai yang dulu sering mereka kunjungi.

"Lepaskan!"

Junmyeon mempererat genggamannya di pergelangan tangan Hoseok tanpa mendengarkan protes sahabatnya itu.

"Lepaskan!" Hoseok berujar sekali lagi namun Junmyeon hanya diam menatapnya. "Apa yang kau mau?"

"Kau," jawab Junmyeon. "Kau yang kumau."

Junmyeon melepaskan pergelangan tangan Hoseok lalu menoleh ke arah sungai sambil menghela nafas.

"Aku paham kau keberatan dan terganggu dengan perasaanku dan...hal yang kulakukan padamu sebelumnya. Jung Hoseok, aku hanya mencoba jujur." Junmyeon mengembalikan tatapan pada wajah sahabatnya. "Tapi, kurasa itu semua membebanimu. Maafkan aku."

Hoseok mencoba menyelam ke dalam mata Junmyeon. Pemuda yang sedikit lebih tua darinya itu terlihat sedih dan kecewa.

"Kau sahabatku satu-satunya, Jung. Aku tidak ingin kehilangan sahabatku meskipun kau tidak menaruh perasaan padaku seperti yang kumiliki."

Hoseok menunduk dan menatap ujung sepatu mereka yang hanya terpisah beberapa centimeter. Ia juga bersalah di sini, pikirnya. Tak seharusnya ia menjauhi Junmyeon setelah...setelah pemuda itu menciumnya.

"Kau tahu aku menganggap yang kau lakukan adalah sebuah kesalahan," ucap Hoseok. "Tapi, kita sudah bersahabat lama. Tidak seharusnya aku menjauhi sahabatku hanya karena sebuah kesalahan."

Three Lives, One LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang