Kehidupan Kedua : Lima [Akhir]

173 34 25
                                    

Hari ini merupakan hari terakhir ujian akhir SMA dan Junmyeon berharap ia dapat mengulang kemarin agar hari ini tak pernah terjadi. Sebuah harapan yang bodoh sebab ia tahu bahwa itu tak akan mungkin terjadi.

"Hari ini kau akan pergi."

Ia menatap ke arah fotonya bersama Hoseok yang diambil saat mereka berada di Seoul, sebelum semua kejadian yang membuat hubungannya dengan Hoseok dan Sinbi menjadi benang kusut.

"Bagaimana mencegahmu? Aku tahu yang kau inginkan tapi aku tidak bisa mengabulkannya, Seok. Aku akhirnya menyadari keputusanku yang terburu-buru tapi aku tidak mungkin menariknya kembali, kan? Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Sinbi dan bayinya."

Junmyeon mengusak rambutnya kasar. Di saat seperti inilah ia berharap mesin pemutar waktu benar-benar ada.

Setelah merenung lama, Junmyeon berangkat ke sekolah dengan sepedanya. Saat sampai, ia melihat Hoseok yang melewati gerbang sekolah, membuatnya mengerem dan menunggu hingga sahabatnya itu menjauh.

"Kenapa aku seperti ini?"

---

"Seok, tunggu!"

Junmyeon berlari mengejar Hoseok yang sudah hampir mencapai gerbang sekolah. Hoseok menoleh dan menghentikan langkah saat melihat Junmyeon berlari ke arahnya.

"Kenapa kau menghindariku seharian ini?"

Hoseok mengerutkan alis mendengar pertanyaan Junmyeon.

"Tidak salah? Bukannya kau yang memang tidak ingin berada di dekatku?"

Junmyeon terdiam.

"Aku ingin pergi tanpa menemuimu lebih dulu. Tapi, aku menghargai persahabatan kita selama ini, ditambah perasaanku padamu. Jadi, cukup sampai di sini persahabatan kita kurasa." Hoseok menatap Junmyeon dengan sorot penuh luka. "Jagalah Sinbi dan anaknya. Anak kalian. Dan berbahagialah, Kim Junmyeon."

Junmyeon hanya berdiri mematung. Ia memperhatikan punggung Hoseok yang menjauh bahkan hingga pemuda tersebut memasuki mobil pamannya dan berlalu tanpa sekalipun menoleh ke arahnya.

Jung Hoseok benar-benar pergi meninggalkannya.

---

Daegu, 1991

Junmyeon tengah membaca buku di kamar saat merasa mendengar Sinbi memanggilnya. Ia berjalan menuju kamar yang ditempati Sinbi dan mendengar suara istrinya menangis.

"Sinbi, ada apa?" tanyanya dari balik pintu.

"Junmyeon...sakit...."

Junmyeon langsung membuka pintu dan melihat Sinbi yang terduduk di depan kamar mandi dengan darah menggenang di sekitarnya.

"Ya Tuhan!" Junmyeon berteriak panik dan mendadak otaknya buntu. "Sinbi, sekarang bagaimana?"

"Rumah sakit...."

Junmyeon menggendong Sinbi dengan hati-hati, membawanya menuju mobil keluarga yang berada di garasi kemudian meminta pembantu untuk menemani istrinya di mobil sementara Junmyeon menghubungi orang tua serta mertuanya. Setelahnya, ia melajukan kendaraan ke rumah sakit terdekat.

"Tolong istri saya! Selamatkan istri dan bayi saya!" teriaknya saat memarkir mobil di depan pintu UGD.

Dua orang perawat bergegas mendekat dan salah satu memberi aba-aba untuk membawa brankar. Mereka berhati-hati memindahkan Sinbi ke atas brankar kemudian mendorongnya ke dalam. Junmyeon yang setia mendampingi Sinbi tak putus berdoa untuk keselamatan Sinbi dan bayinya sambil membisikkan kata-kata penenang untuk istrinya yang terlihat menahan sakit.

Three Lives, One LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang