Tujuh

8.2K 1.4K 446
                                    

Cahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cahaya

Keesokan paginya, markas mendadak geger setelah Zain berteriak karena berita yang dibacanya. Kita semua sempat kebingungan karena lelaki tersebut speechless sendiri, cuma bisa mangap-mangap sambil meluk ponselnya erat-erat.

"Kenapa sih, Zain?"

"Anu ... itu ... "

Kepalang kesal, Bintang merebut ponsel milik Zain lalu membacakan judul artikel yang menjadi sebab kekagetan Zain. "Oh, penuntutan Harsadi oleh Jaksa Leonardi. Cepet juga ya, langsung trending nomer satu bertuturan sama nama blackpanther."

Gue membuka ponsel sendiri kemudian mencari topik yang sedang ramai diperbincangkan. Prosesnya kilat juga, kantor Kejaksaan Agung langsung rame sama wartawan nih kayaknya gara-gara pada denger kabar soal penuntutan ini. Aksi blackpanther juga menuai sorotan karena spekulasi terbarunya soal penculikan dan penghilangan aktivis serta sejumlah aparat di tahun 2000.

"Kalau kata Pak Leo, daluarsa penuntutan tindak pidana yang hukumannya terancam penjara seumur hidup atau hukuman mati tuh delapan belas tahun." Kata Niko.

"Percuma dong Black Panther ngeklaim para aktivis yang hilang itu disebabkan oleh Harsadi?"

"Bisa dibilang begitu. Tapi gak ada salahnya juga sih buat diungkap, biar orang-orang tau aja."

"Astaga, gak bisa tambah setahun apa biar daluarsanya jadi 19 tahun? Pas gitu, bisa dituntut." Timbrung Zain.

"Masalahnya, buktinya ada gak?" Patih tampak memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, "daluarsa udah lewat, bukti juga ... ya, gak ada sama sekali lah, susah."

"Tapi kalau misal pembunuhan Pak Amir diungkap juga, ada kemungkinan gak buat Harsadi dituntut oleh Jaksa atas tuduhan pembunuhan?"

"Bisa kalau memang buktinya ada. Rekam kriminalnya di tahun 2000 jika misal terbukti juga bisa memaksimalkan hukuman."

"Saya jadi ambis buat bikin Harsadi busuk di penjara, kesel banget soalnya, biadab." Kali ini, Zain sampai membunyikan sendi-sendi jarinya pertanda kalau dia lagi gak main-main.

"Eh, Pak Dirga ngajakin rapat, tapi di Istana."

Gue yang saat itu sibuk bacain thread sampe geram sendiri liat betapa bejatnya hidup si Harsadi langsung membuka pop-up pesan yang masuk. Asalnya dari grup yang juga diisi oleh semua tim-nya Pak Dirga. Sesuai kata Pras, Pak Dirga menyuruh semua tim untuk datang ke Istana di jam delapan ini.

"Kita pake seragam gak ya?" Tanya Bintang yang kelimpungan sendiri.

"Ah, kayaknya gak usah deh, Bin. Eh tapi gimana, Mas, Mbak?" Zain malah ikutan nanya.

"Pakai pakaian rapi aja, gak usah pake seragam, mencolok perhatian banget soalnya." Usul gue yang dihadiahi anggukan oleh mereka.

"Kira-kira kita bakalan dikasih sepeda gak nih disuruh ke Istana?"

KRISAN PUTIHWhere stories live. Discover now