[Extra] Tentang Jansen, Duren, dan Transjakarta

10.2K 1.3K 376
                                    

Cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya

"Jadi, pacar kamu yang suka jemput itu kerjanya apa?"

Gue sedang mencocolkan somay ke bumbu kacang saat salah satu rekan gue di ruang istirahat Ciputra Artpreneur bertanya. Muka gue sedikit keringetan, soalnya bumbu somay ini gue tambahin pedes lagi dan rasanya jadi lebih mirip cabe dibumbu kacangin, bukan sebaliknya.

"Menurut kamu apa?"

Gak pernah mikir kalo pertanyaan kayak gini akan gue dapatkan. Makanya gue gak punya persiapan harus menjawab apa selain mengulur waktu selagi gue berpikir.

"Bukan tentara atau polisi sih pasti, iya gak?" Emang, Patih Adiwarna mukanya nggak cocok punya profesi sebagai abdi negara. "Dokter gak sih? Atau jangan-jangan YouTuber?"

Tawa gue pecah, YouTuber? Yang bener aja. Tapi kalau Patih punya YouTube, kira-kira kontennya apa ya? Tutorial membunuh secara wajar? Atau cara menembak yang baik dan benar tanpa bikin orang meninggal?

Bisa gila yang nonton, gue aja hampir kena mental tiap liat dia bertingkah saat masih di Krisan Putih dulu.

"Dia sopir bus TJ sih," ucap gue. Tapi serius, sopir bus TJ cakep-cakep anjir. Pernah tuh gue main ke Pondok Indah naik busway, terus gue duduk di kursi prioritas yang deket banget sama sopirnya. Mana pake kacamata item, idungnya mancung, kulitnya putih, beuh, Patih vibes banget pokoknya.

"Bercanda kali kamu, mobilnya bagus gitu."

"Kamu gak tau aja, gaji kita sama gaji sopir TJ gedean mereka kemana-mana." Dari yang pernah gue baca sih gitu, gaji mereka bisa tiga kali lipat dari upah minimum kota Jakarta.

Pengen sih pamer kalo pacar gue agen BIN, tapi masa iya gue membocorkan identitas agen intelijen cuma demi pamer aja? Lagian tanpa pamer kerjaannya apa pun, gue bisa memamerkan hal lain dari Patih. Muka dan looks-nya misal.

Beruntung banget emang gue, punya pacar kayak selebritis gitu. Walau kadang ada mindernya juga sih, soalnya gue gak bisa banget mengimbangi style dia yang ... itu orang gaul di mana deh sebenernya?

'Mau aku jemput atau langsung ketemu di tempat biasa?'

Agak meresahkan juga ini orang. Gue mencuri pandang ke arah teman-teman gue yang lain. Berarti kalo di Markas, diem-diem mereka suka memperhatikan gue tiap kali pulang dijemput sama Patih. Kayaknya buat hari ini gue nggak minta jemput dulu deh, langsung ketemu di tempat aja soalnya lagi pengen menghindari gosip.

Hari ini, gue dapat tugas mengawal VVIP untuk menghadiri pameran seni yang diadakan oleh Ciputra Group. Jarang banget dapat tugas pengawalan, biasanya sih atas request khusus dan kayaknya istri RI 1 emang lagi kangen sama gue makanya meminta gue untuk bergabung. Acaranya udah berakhir sejak tadi, tim lagi istirahat sebelum mengawal VVIP pulang dan mengakhiri tugas.

Setelah mengiring VVIP kembali ke Istana, gue langsung pamit pulang dan naik bus dari halte terdekat. Gue biasa ketemu sama Patih di daerah Pejaten, ada kafe yang selalu kita datangi karena suasananya yang nyaman dan gak terlalu ramai. Kalau dari BAIS TNI sih lumayan deket, gue cukup naik mikrolet jurusan Kampung Melayu - Pasar Minggu satu kali aja dan bisa langsung sampe ke sana. Tapi karena gue dari Istana, gue harus naik bus dulu sampai ke Cililitan sebelum lanjut ke tujuan.

KRISAN PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang