Sembilan

7.2K 1.3K 324
                                    

Cahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cahaya

Dua hari sejak penyusupan ke rumah Harsadi, bukti-bukti yang Krisan Putih dapat langsung menjadi kartu as bagi Jaksa Leonardi. Beredar info soal pemanggilan Harsadi ke Kejaksaan untuk dimintai keterangan. Namun publik masih belum tau, apakah Harsadi akan memenuhi panggilan itu atau sebaliknya sampai harus dijemput pihak kejaksaan.

Niatnya malam ini mau tidur cepat karena besok kebagian ngawal kegiatan Ibu Negara. Sementara RI 1, akan dikawal oleh Patih dan juga Dimas yang kebetulan disatukan dalam satu shift yang sama. Tapi alih-alih dapat tertidur, gue yang memang agak sulit disapa rasa kantuk ini masih saja melek padahal jarum pendek sudah berada di angka satu.

Tadinya saat mendekat ke jendela, gue mau membukanya sedikit supaya bisa merasakan udara hangat dari luar. Namun niat itu harus urung terlaksana, pasalnya gue harus bersembunyi dibalik gorden ketika tak sengaja mendapati dua orang pria asing yang berdiri mengawasi White Chrysant Cafe.

Perawakannya tinggi besar. Mereka memakai pakaian serba hitam yang membuat kecurigaan gue semakin bertambah banyak. Wajahnya ditutupi oleh masker buff sehingga yang dapat terlihat hanya rambut dan matanya saja. Pelan sekali gue menutup gorden, kemudian berjalan ke ruang penyimpanan senjata untuk mengambil sebuah pistol dari sana.

Dalam keadaan gelap, gue bergerak perlahan menuruni tangga ke lantai dasar. Begitu sampai, gue bersembunyi di tepi jendela kafe yang hanya tertutup separuh oleh kain gorden. Gue mengintipnya, sudah memasang posisi siaga jaga-jaga jika dua orang itu akan menyusup masuk ke dalam sini. Namun sepertinya tebakan gue salah, setelah memotret bagian depan kafe dan juga lantai dua, mereka langsung pergi begitu saja menggunakan sebuah motor besar.

Dengan cepat gue menyibak tirai pada jendela, menatap puas-puas ke seluruh bagian depan kafe yang pencahayaannya cukup terang. Kemudian gue membuka kunci pintu dan keluar dari sana. Masih dengan tangan yang memegang pistol di saku belakang, gue memeriksa setiap sudut depan kafe untuk menemukan keganjilan.

Nihil, tak ada yang mencurigakan selain kedatangan dua pria tadi.

Bahkan, posisi sebuah batu kecil yang sejak kemarin ada di halaman kafe saja tidak bergeser sama sekali. Yang selanjutnya menguatkan asumsi gue kalau kedua orang itu hanya memeriksa untuk memastikan sesuatu soal kecurigaan yang mungkin saja sudah mereka endus.

***

"Serius kamu?" Begitu pagi tiba, gue langsung mengabari orang-orang yang tampak terkejut oleh kabar ini. "Mas Pras sama Niko bukan sih? Siapa tau kemarin malem mereka pulang dulu?"

"Enggak, perawakan Pras sama Niko nggak gitu. Nanti cek CCTV deh, sekitar jam satuan lebih."

Meski Pras sama Niko belum pulang dari penjagaan terhadap VVIP, gue bisa jamin 100% kalau dua lelaki semalam bukanlah mereka.

"Ini udah jadi warning buat Krisan Putih," ujar Patih, "mungkin aja keberadaan kita udah terlacak terus dua orang yang semalem dateng ke depan markas tuh mau mastiin bahwa kita memang ada."

KRISAN PUTIHWhere stories live. Discover now