If Renjun Is a Sense

43K 2K 252
                                    

n.) I use Osaka-ben, if  I wrong u can correct me.


Di usianya yang ke 25 tahun, Renjun menjadi guru termuda di sekolah menengah atas. Mengampu mata pelajaran seni lukis dan ditunjuk sebagai guru pembimbing siswa transfer dari luar negeri. Guru muda satu ini memang terlihat lebih pendek dari rata-rata tinggi muridnya, kalau kalian ingin meledeknya, dipersilahkan. Asal tidak takut saat disuruh melukis dengan menggunakan bahan-bahan yang aneh.

Haechan Lee, murid kelas 2 – 11 Ipa, pernah meledeknya dengan sebutan pikachu tepos dan pendek. Yah, walau Renjun bersahabat dengan semua muridnya, tetapi dirinya juga tidak segan untuk mendisiplinkan muridnya. Haechan berakhir melukis dengan tinta gurita hidup di tengah lapangan basket saat latihan tanding dengan sekolah lain.

"Aaaaa... aaa.. aaa.. ssaeeemm ini hueowaaa eommaa!!!" Seluruh murid dan guru menyaksikan sambil tertawa.

Haechan baru mendapat kata 'Jeosong' dan sudah menangis sambil telungkup di tengah lapangan, karena Renjun tidak tega akhirnya dirinya membebaskan hukuman dan memeluk Haechan sembari menggumamkan maaf.

Sejak saat itu, Haechan menjadi lebih berhati-hati dan menjaga sikapnya saat berada disekitar Renjun, dan Renjun pun tidak pernah mempermasalahkan lagi soal itu. Cara mengajarnya sangat mudah dipahami, bahkan murid-muridnya selalu rajin dan siap sedia sebelum jamnya dimulai.

Bukan hanya dikelas saja, banyak murid yang meminta tutor diluar kelas. Renjun bersyukur banyak muridnya yang masih memiliki jiwa seni tinggi, walau pun seniman jarang dihargai karena karyanya yang kurang diminati, Renjun yakin bahwa seorang seniman lukis adalah orang terkaya di dunia.

Pagi ini dirinya pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya, jadwal pertukaran pelajar sudah turun sejak minggu lalu. Dirinya mendapat bagian untuk membimbing seorang murid dari Jepang bernama Hoshizora Jaemin dari kelas 2 – 2 Ipa, anak itu walau terlalu hyperaktif, tapi nilai dan perilakunya sangat memuaskan.

Kecuali dengan Renjun, bagi Renjun, anak itu menyebalkan. Bagaimana bisa dia menganggap Renjun sebagai teman kencannya?! Sudah gila memang. Tapi bagaimana pun Renjun harus berterima kasih karena anak itu tidak memperlakukannya aneh-aneh, mungkin nanti? Entahlah.

Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk, siapa yang pagi-pagi menelfonnya. Renjun mengambil ponselnya dari dalam saku.

Jaemin Kawaii (>.<) is calling. . .

Err... jangan salah paham, itu Jaemin sendiri yang menyimpannya dengan nama seperti itu. Tolong ampuni Renjun yang malas mengganti nama menggelikan itu.

"DOKKO?!" Renjun menjauhkan ponselnya dari telinga, ingatkan dirinya untuk memarahi Jaemin nanti.

"A!! SENSE!!" Jaemin berlari dan memeluk Renjun.

Tolong Renjun, ini masih pagi dan si ace perusuh ini sudah membuat kegaduhan di tengah koridor sekolah. Renjun pun terpaksa menuju kantor sambil mendengarkan ocehan Jaemin, hanya ocehan tentang dirinya yang akan mengikuti turnamen basket 2 bulan lagi.

Renjun mendengus, "Masih dua bulan lagi, kenapa kamu terlalu semangat memberitahukan itu?"

"Karena sense orang pertama yang kuajak, hehe. Sense harus datang!" Jaemin mengepalkan kedua tangannya dan berjalan mundur didepan Renjun, "Tidak mau."

"NANDE?!" Jaemin berteriak ditelinga Renjun, "Berisik, gunakan Bahasa Korea, Jaemin. Kamu di Korea sekarang."

"Tapi aku orang Jepang," Jaemin membiarkan Renjun meninggalkannya.

Siswa medhok khas Jepang ini berlari menuju kelasnya dan segera melompat ke bangkunya, disampingnya sudah ada Jeno. Si kapten basket yang menyeramkan dan dingin.

IF 🔞 - JAEMRENWhere stories live. Discover now