23. ANTARA BULAN, BINTANG DAN KAMU

20 3 21
                                    

Typo bertebaran!⚠

Happy reading❤

****

Selama dalam perjalanan menuju puncak, Griselda termenung menatap luar jendela, menopang dagu dengan tangan. Seharusnya ia senang, akhirnya libur kenaikan kelas sudah berada didepan mata. Rencana awal di ide oleh Dita, yaitu berlibur ke puncak selama satu minggu. Dan kebetulan juga, Dinda memiliki Villa milik orangtuanya yang bisa dipakai. Jadi biaya berlibur tidak terlalu mahal.

Mobil silver berisi; Griselda di kursi penumpang depan, Aldy di kursi pengemudi, Dinda dan Dita di kursi belakang. Mobil hitam berisi tiga anak cowo, Raka, Dimas dan Ozy.

Pikiran Griselda tidak fokus dengan perjalanannya, ingatannya melayang beberapa bulan lalu tentang pesan misterius yang masuk ke ponselnya. Seseorang misterius itu mengatakan jika ia harus berhati-hati pada hubungannya dengan Aldy. Entah apa yang direncanakan oleh orang misterius itu. Membuat hati Griselda jadi tidak tenang.

Aldy nampak heran pada Griselda sedari tadi hanya diam saja dengan ekspresi kosong. Hal itu membuat Aldy menjadi gelisah. Ia takut jika Griselda memaksakan pergi belibur tanpa rasa gembira. Biasanya, ketika Griselda diajak jalan-jalan, gadis itu tampak ceria seperti biasanya. Yah, walaupun hanya jalan-jalan keliling komplek.

“El,” Griselda tidak membuka suara, masih melamun.

“Griselda Nayana Muxi.” Aldy berkata tajam, membuat Dita dan Dinda terdiam. Griselda baru sempat menoleh terperanjat, tatkala Aldy menyebut nama lengkapnya. Mata Griselda beradu dengan mata tajam Aldy.

“A-ah, iya, kenapa Al?”

“Ngga suka sama liburannya? Mau balik aja?”

Dita melotot, “Hah? Apaan, kita udah setengah jalan ya masa harus balik sih!” protes Dita.

Aldy melirik Dita, gadis itu langsung kicep. Lalu, matanya menoleh pada Griselda tetapi sesekali ia fokus pada jalanan.

“Suka. Gue suka kok sama liburannya.” balas Griselda.

“Terus kenapa lo ngelamun?”

Griselda terdiam. Ia bingung harus jawab apa pada Aldy. Hanya gelengan sebagai jawaban, pertanda jika tidak ada yang terjadi.

Lampu kini menjadi merah. Aldy menatap Griselda, menelisik dalam kornea mata gadi itu, mencari sebuah kebohongan. Griselda yang menyadari Aldy menatapnya dalam, langsung membuang muka. Cengkraman pada stir mobil mengetat. Aldy tau, jika Griselda menyembunyikan sesuatu darinya. Menghela napas panjang, Aldy kembali memfokuskan pandangannya kedepan. Toh, Aldy tidak akan memaksa Griselda bercerita sekarang. Perasaan Aldy begitu peka, Griselda sedang butuh waktu kapan ia harus bercerita padanya. Semuanya.

***

P

erjalanan kurang lebih 2 jam. Akhirnya mereka sampai tujuan. Para lelaki menurunkan semua barang-barang. Tidak dengan Dimas. Lelaki itu asyik makan cemilannya sambil berjongkok depan kucing liar yang tengah tertidur pulas.

“Meow, meow meow.” Dimas belajar logat bahasa kucing. Kucing tersebut menggeliat mengubah posisi tidurnya dan kembali tidur, acuh tak acuh dengan kehadiran sosom astral, yang tak lain dan tak bukan adalah Dimas.

“Iya gue tau, lo cape ngadepin kerasnya dunia. Tapi tau gak lo, bini anak lo lagi nungguin lo dirumah. Enak-enakan lo tidur disini.” Dimas menelan cemilan lagi, berujar sok mengomel.

Raka datang dan menggeplak bahu Dimas, lelaki itu meringis sakit lalu mendelik mata pada Raka.

“Goblok, sakit anying!”

[✔] ReputationWhere stories live. Discover now