0.3 - ALDYNATA MAHENDRA

115 8 0
                                    

Griselda mengetuk-ngetukan sendok dan garpu dengan kesal, makanan yang ada di depan matanya tidak membuat seleranya bangkit, justru dirinya ingin segera pulang. Lain dengan makhluk didepannya sekarang, dia begitu lahap memakan masakan yang dibuat oleh kakaknya, Eldama. Griselda mengernyit sebal.

“Kenapa makanannya ngga dimakan,” tanya Aldi.

“Gue ngga laper, gue balik aja lah. Lama banget lo makan kaya siput. Siput aja makannya cepet.” kesal Griselda, pasalnya Aldi sengaja melambatkan makannya.

“Ngga boleh buang-buang makanan, mubadzir.” Griselda memutar bola matanya jengah.

“Halah! Bilang aja lo mau berduaan sama gue.” ucapnya dengan nada kesal dan percaya diri. Aldi melirik sekilas lalu melanjutkan makan. Kini keadaan menjadi hening, hanya dentuman sendok dan garpu yang dimainkan Aldi.

“Gimana sekolah lo,” Aldi membuka suara lagi.

“Gimana apanya. Ya gitu-gitu aja lah!”

Aldi hanya mengangguk. Kini ia meneguk minumannya hingga tandas.

“Udah makannya? Gue pulang ya, bye!” Griselda hendak meninggalkan ruang makan, namun suara Aldi kin membuatnya berhenti dan membuatnya kesal setengah mati.

“Siapa suruh lo boleh pulang? Bersihin dulu semua piringnya. Kalo udah selesai baru boleh pulang.”

“What the-”

“Ngga usah banyak bantah, itung-itung belajar jadi calon ibu yang rajin.” nada perintah yang santai.

Griselda menghembuskan nafas kasar. Dengan amat sangat terpaksa ia menumpuk semua piring kotor, dengan sesekali dihentak jengkel agar Aldy mendengarnya. Na'as, Aldy tak mendengarnya. Sialan!

Dengan santai Aldy berjalan menuju ruang keluarga lalu duduk di sofa, ia menyalakan TV.

Di lain tempat, kini Griselda menggerutu kesal. “Rumah punya siapa, yang beresin siapa!” mulutnya berkomat-kamit agar Aldy enyah dari muka bumi ini.

Akhirnya, Griselda menghela nafas. Semuanya sudah di cuci dengan bersih. Griselda berjalan gontai menuju ruang keluarga. “Udah selesai, gue mau pulang!”

“Hm.” sahut Aldy tanpa menatap gadis itu.

Griselda berjalan keluar rumah tanpa mengucapkan salam, kakinya menghentak kesal. “Ngga tau terima kasih banget sih! Dasar cowo nyebelin mati aja lo kambing! Ihhh kesel-kesel!!” gadis itu mencak-mencakan kaki pada tanah.

***

Sesampainya dirumah, Griselda langsung nylonong masuk tanpa berkata sepatah kata pun pada Eldama yang sedang membaca majalah.

“Udah pulang,” Eldama melirik Griselda yang baru saja masuk, lalu kembali melanjutkan kegiatan.

“Belum! Gue masih di Mars.” jawabnya dengan kesal. Lalu dengan jengkel Griselda menaiki tangga. Eldama terkejut mendengar hentakan pintu adiknya itu.

Eldama menggeleng kepalanya. Ia beranjak bersiap-siap untuk bekerja.

“Aargggh! Sial banget gue hari ini.” tubuhnya hempaskan ke kasur. Kakinya ia hentakan naik turun dengan kasar bersamaan teriak bersatu dengan bantal.

“Kenapa juga gue harus ketemu sama satu makhluk itu sih, arghhh, bikin mood gue makin ancur aja!”

Baginya bertemu Aldy adalah masalah terbesar Griselda, selama Aldy pindah ke Brazil tentunya sangat membuat Griselda senang. Tidak ada yang menentangnya ketika belajar, tidak ada yang memaksanya mengerjakan tugas sekolah. Walaupun Eldama sering menyuruh Griselda mengerjakan tugas dengan tegas. Griselda tetaplah Griselda, sosok yang amat sangat keras kepala.

[✔] ReputationWhere stories live. Discover now