one

8.4K 401 35
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

Suara riuh memenuhi lapangan basket SMA Garuda. Perlombaan basket sedang dimulai. Sudah hal biasa jika supporter memberikan semangat kepada pemain, tak terkecuali Deolinda Ashara. Perempuan yang berkuncir kuda itu tampak antusias saat Ando, pacarnya mencetak poin. Berbeda dengan teman yang duduk di samping kirinya. Vania Alexander. Vania nampak tak minat menonton apalagi menyoraki seperti Deolinda.

Deolinda menoleh dan mendapati Vania yang tidur dengan posisi duduk. Bisa bisa nya dia tidur ditengah pertandingan, apalagi ini ramai.

Deolinda menyenggol pelan lengan Vania. Vania membuka matanya dan berdecak, ia kira pertandingannya sudah selesai. Ternyata belum.

Vania berdiri dan pergi meninggalkan Deolinda yang sibuk memotret pacarnya dari tribun.

"Ngapain coba ngajak gue. Bosen. Bego juga gue mau diajak." gumam Vania sembari berjalan menuju kantin.

Setelah sampai di kantin ia tak langsung duduk, melainkan memperhatikan sekitar, lumayan sepi, itu pikirnya.

"Bu, saya pesan mie ayam satu, sama es kopyor satu."

"Iya, tunggu sebentar ya."

"Iya bu, saya tunggu di situ ya bu." Vania menujuk meja yang diisi dua orang yang sedang di mabuk cinta.

Vania langsung menghampiri dua sejoli itu. Salah satu dari mereka sadar akan kehadiran Vania, dan orang tersebut hanya memutar bola matanya jengah. Vania datang dan duduk di hadapan mereka. Posisinya, mereka dua orang itu duduk bersampingan, dan Vania dihadapan mereka.

"Ah si lele kesini. Ganggu aja lo kodok." Andreas yang tadinya mencubit pipi sangat kekasih dan melihat Vania duduk di depannya membuat mood nya memburuk. Putri hanya tersenyum paksa.

"Gue lagi gak ada temen, kujang! Makanya kesini." Dua orang itu hanya mendelik.

"Emang lo punya temen? Maaf, sebangsa kita yang non-jomblo tidak menerima teman yang jomblo. Tolong bedakan spesies jomblo dan non-jomblo." Vania melotot tak terima atas perkataan Andreas. Mentang - mentang udah punya pacar, ngomong asal nge gas.

"Sayang, aku mau kentang, suapin dong, yang." Andreas sengaja menekankan kata terakhir agar Vania merasa panas dan hempas dari muka bumi. Namun Vania tidak terpengaruh, malah Vania ikut makan kentang yang ingin dimakan Andreas.

Andreas ingin mengolok ngolok Vani lagi. Tapi pesanan Vania datang, dan akhirnya Andreas urungkan niatnya. Mereka bertiga makan dengan tenang. Putri sesekali bercanda ria dengan Vania, mengabaikan Andreas yang dibakar api cemburu. Berani beraninya si kodok mengambil alih fokus putri, batin Andreas seraya meremat tangannya sendiri.

Sudah tidak asing lagi bagi Putri jika Vania dan Andreas bertengkar jika bertemu. Mereka sudah bermusuhan sejak masuk SMA. Padahal awalnya mereka sama sekali tidak mengenal satu sama lain, namun ada kejadian dimana Andreas hampir menampar pantat Vania.

Vania yang awalnya beridiri membelakangi Andreas memutar badannya karena ingin pergi, eh malah dikejutkan oleh tangan Andreas yang seakan mau menampar pantat Vania. Vania marah karena itu sebuah pelecehan, berbeda dengan Andreas. Pria itu awalnya hanya mengikuti gerak gerik nyamuk besar yang mengitari dirinya. Lalu akhirnya nyamuk itu mendarat di pantat Vania, dan Andreas tidak sadar jika pantat yang menjadi pendaratan terakhir nyamuk itu adalah pantat seorang wanita. Dan ya, pertengkaran itupun berlanjut dan mereka seakan bermusuh secara sengit.

"Ih, dicariin malah nongkrong disini!" Deolinda memukul lengan Vania dan duduk di sebelah Vania. Vania hanya mengendikan bahunya acuh.

"Liat basket lo?" tanya putri. Deolinda mengangguk dan mengecek ponselnya yang penuh foto pacarnya. Andreas berdecak.

"Nih, kasian temen lo. Habis putus seharusnya cari lagi. Bukan cewe sejati namanya kalau belum move on." Andreas menunjuk Vania dengan garpunya.

"Heh! Lo pikir aja, gampang nyari cowo? Gampang sih nyarinya, tapi kalau di gantung mulu? cari lagi. gitu aja siklusnya."

"Lo nya aja yang payah cari cowo." balas Andreas tak kalah sengit. Deolinda dan putri yang mengetahui akan ada perang kedua hanya menunduk malu. Pasalnya, kantin sudah mulai ramai. Vania dan Andreas beradu mulut dengan suara yang keras hingga menarik atensi seorang pria yang tak jauh dari tempat duduk Vania.

Pria itu hanya tersenyum tipis melihat mantannya beradu mulut dengan teman sekelasnya.

"Heh Jef!" teriak Ando, teman Jeffrie. Jeffrie menoleh dan mendapati Ando yang membungkuk dibelakang nya dengan nafas yang tidak beraturan karena dia berlari ke seluruh koridor untuk menemukan Jeffrie dan ternyata pria itu ada di kantin.

Jeffrie hanya mengangkat alisnya. Ando yang tahu Jeffrie tak suka basa basi pun langsung to the point.

"Anak basket disuruh ngumpul, tepatnya sih nungguin giliran si cewek nyelesain pertandingannya. Baru kita bisa pulang. Katanya solidaritas." Jeffrie hanya mengangguk. Ando pun pamit karena dia ada urusan penting.

"Noh, mantan lo ngeliat ke sini. Samperin sono, lap lap tuh mukanya. Nih gue kasi serbet, wangi kok. Wangi asli dari ketek gue. Kalau lo mau coba duluan, ya sok atuh. Pas sih kalau dikasi ke mantan, soalnya bekas, bekas ketek gue iya, bekas bau idung lo iya." Vania melempar serbet yang tadinya Andreas berikan padanya ke wajah Andreas. Putri yang humornya rendah hanya tertawa. Deolinda hanya mengamati Jeffrie, kenapa pria itu sendirian? Pacarnya kok tidak ikut. Pikir Deolinda.

Vania mengabaikan semuanya dan melanjutkan meminum es kopyornya yang masih setengah gelas. Tapi sialnya es kopyronya nya direbut oleh sepasang tangan yang sudah memegang gelas es kopyornya dan menegaknya sampai habis.

Kurang ajar ni orang.

"Wah jef, lo lagi ada masalah ya? Sini cerita sama gue. Masalah lo sebesar apa sih, sampe Vania lo ajak ribut juga. heran gue, lo baru aja membangunkan kucing janda yang lagi tidur. patut untuk ditiru." ucap Andreas seraya menepuk bahu Vania pelan. Vania menepis tangan Andreas dan langsung menatap tajam Jeffrie Davidson, mantannya yang baru 5 hari ia putuskan.

Yang ditatap hanya memasang wajah polosnya. Tanpa sepatah katapun Vania pergi dari sana membuat Jeffrie keheranan. Ketiga orang itu menggeleng melihat Vania pergi. Tak lama pacar Deolinda datang.

"Hai sayang, aku cariin eh malah disini." ucap Ando. Jeffrie mendelik tajam dan langsung melenggang pergi. Sekarang ganti Andreas yang merasa jijik dengan kedua sejoli di depannya, padahal tadinya dia yang seperti itu.

"Bisa gak, acara romantis nya nanti aja. Gue mual liatnya."

semoga suka(>y<)

MANTANOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz