fifteen

2.2K 172 8
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

Di ruangan gelap, Vania duduk diikat dengan luka lebam di sekitar tubuhnya. Dia tidak sadarkan diri setelah dipukuli habis habisan oleh orang suruhan Sarah. Memang gila.

Perlahan matanya terbuka. Vania meringis sakit. Otaknya mulai berputar, dia berfikir apakah dia mempunyai kesalahan fatal hingga orang yang melukainya sangat membencinya.

"Oh udah bangun," Sarah menyalakan lampu agar ruangan tidak gelap. Lalu Sarah mendudukan diri di hadapan Vania. Vania hanya menatapnya datar.

"Hai kak, gimana? Sakit?" pertanyaan Sarah membuat Vania tertawa seperti orang gila. Seharusnya yang takut disini adalah Vania, tapi mengapa Sarah menjadi sedikit takut dengan Vania?

Setelah tertawa puas, Vania akhirnya menatap remeh Sarah. "Sakitlah, masa enggak."

Sarah memutar bola matanya malas. Drama, batinnya.

"Jujur, aku heran. Kenapa kak Jef suka banget sama kakak? Aku udah lakuin semua hal buat Kak jef berpaling. Tapi tetep aja Kak Jef masih suka sama kakak! Kakak belum puas hah?! Kak zelo? Kak Jeffrie? Gak cukup kak? kakak ambil semua, kakak buat pertemanan mereka hancur! Kaka seharusnya sadar diri kalau Kakak gak pantes buat mereka!" suara Sarah meninggi. Vania masih diam. Agak kesal dengan Sarah yang mengungkit masalah Zelo.

Sarah menetralkan emosinya. Lalu beranjak dan berdiri di hadapan Vania. Dengan kurang ajarnya Sarah menampar Vania hingga bibir Vania berdarah.

"Kakak pantes dapet itu! Semuanya yang aku pengen kakak rebut! Dan aku pengen Kakak mati!" Sarah mengambil pisau yang tak jauh dari tempat duduk Vania dan mengarahkannya ke pipi Vania.

Brak!

"STOP BITCH!"

👟👟

Deolinda meminta Daniel mengantarkannya ke rumah Vania. Deolinda ingin memberi kabar kepada Fahmi. Pasti Fahmi menunggu putrinya yang tidak ada kabar.

Tok tok

"Permisi," Setelah beberapa kali mengetuk pintu akhirnya Fahmi keluar dan menyambut Deolinda. Fahmi mempersilahkan Deolinda untuk masuk.

"akak! ndoh, akak nda ada." Keano mendesah kecewa. Ia kira yang datang Vania. Ternyata temannya.

"Duduk de."

"Iya om." Deolinda mendudukkan diri di sofa. Fahmi sudah hendak pergi mengambil minuman untuk Deolinda, tapi perempuan itu lebih dulu menahannya karena ingin membicarkan hal penting.

Fahmi terus menatap pintu rumah dengan heran, putrinya belum pulang.

"Ada perlu apa kesini? Nyari Vania?"

"Enggak om. Saya kesini ingin memberi tahu tentang Vania, Om." Fahmi mengerutkan alisnya. Keano yang paham akan pembicaraan keduanya akhirnya menguping.

"Vania kenapa?" Fahmi baru menyadari jika Deolinda membawa tas putrinya. Itu membuat Fahmi khawatir jika terjadi sesuatu dengan putrinya.

"Vania hilang om." Deolinda menundukkan kepalanya, tak berani menatap Fahmi. Keano langsung menghampiri ayahnya. Matanya sudah berkaca kaca. Mendengar kata 'hilang' membuat Kenao berfikir jika Vania telah 'mati'

"Apiw, akak enapa? Hiks akak nda uyang?" Fahmi diam dengan wajah yang sangat sangat dingin. Sebenarnya ingin marah, tapi tak mungkin jika singanya keluar saat ada anaknya.

"Keano, cup cup, Kakak baik baik aja. Tidur dulu ya, nanti malem Kakak udah balik, Keano ke kamar ya?" Keano masih sesenggukan. Fahmi memberi kode ke Deolinda agar menunggunya. Karena ayah dua anak itu harus menidurkan putra kecilnya yang pastinya akan rewel jika diabaikan.

Setelah memastikan Keano tertidur, Fahmi langsung to the point dengan Deolinda.

"Terakhir dimana?" Deolinda akhirnya menceritakan semua yang ia ketahui kepada Fahmi.

"Berarti penculiknya disuruh orang dalem? Atau nggak yang nyulik orang dalem. Apa ada orang yang gak suka sama Vania?" Deolinda menggeleng ragu.

"Segak sukanya orang normal, pasti dia gak akan nyulik kaya gini, om." Fahmi setuju dengan Deolinda. Fahmi tadi juga sempat menelfon anak buahnya agar mencari putrinya.


"Yasudah, saya harus pergi mencari putri saya. Saya minta tolong ke kamu, bisa?" Deolinda mengangguk. Bagaimanapun, dulu Fahmi sangat baik kepada keluarga Deolinda. Ini saatnya membalas perbuatan baiknya.

"Bantu saya jaga Keano. Saya sudah suruh adik saya kesini, tapi dia datangnya terlambat. Sebelum adik saya datang, gapapa kan kamu dulu yang jagain Keano?"

"Iya om, gapapa." Sebenarnya tak tega jika meninggalkan Keano. Tapi mau bagaimana lagi, putrinya saat ini sedang membutuhkannya.

Di perjalan mencari Vania, Fahmi mendapat pesan dari teman anaknya. Fahmi ingin sedih dan senang melihat isi pesan itu.

Ting

Buaya
Om, Vania ada di gedung xxx
Saya sudah disini om

- Siapa yang dimaksud Buaya ?

Minal Aidzin walfaidzin, maaf kalau selama ini aku ada salah kata ke kalian, Happy Eid Mubarak ✨

MANTANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora