Sixteen

2.2K 179 4
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

Saat ini Vania tengah dirawat di rumah sakit. Karena luka lebam yang didapatkannya, mengharuskan dia dirawat. Bayangkan saja, dipukuli brutal oleh laki laki adalah hal yang menakutkan bagi Vania. Selama hidupnya dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Fahmi saja hanya main mulut, tidak pernah main tangan.

"Ini kok bisa gini, mas?" Tanya Ani, adik Fahmi.

Fahmi menghela napasnya, setelah Vania dilarikan ke rumah sakit, Fahmi langsung memburu siapa yang menyakiti putrinya. Tetapi hanya tertangkap laki laki yang memukul Vania saja. Yang menjadi dalang belum ketemu.

"Gak tau. Mas lagi cari orangnya. Keano dimana?"

"Di rumah sama ibu. Keano dari tadi rewel pengen ketemu Vania." Fahmi memijat keningnya. Pusing.

"Mas mending istirahat. Biar Ani yang jaga." Fahmi menggeleng. Tak mau jika meninggalkan putrinya, dia trauma jika terjadi apa apa dengan putrinya lagi. Karena pelaku sebenarnya belum tertangkap. Itu membuatnya gelisah.

"Kamu pulang aja dek. Bantu mas jaga Keano. Besok aja suruh kesini." Ani mengangguk pasrah. Kakaknya memang keras kepala.

👟👟

"Akak!" teriak Keano saat sudah berada di ruangan Vania. Keano mendekati ranjang Vania dan ingin naik. Andreas yang tadinya menyuapi Vania akhirnya membantu Keano naik dan mendudukannya di tepi ranjang.

"Awas Keano. Kakak lagi sakit." peringat sang Ayah. Keano mengangguk paham.

Vania tersenyum gemas. Dia rindu adiknya, ia kira setelah kejadian kemarin ia tak bisa bertemu adiknya lagi.

"Nih makan, tinggal satu suap. Ngelamun aja." cibir Andreas. Vania memutar bola matanya malas.

"Akak angan alak alak. Kan akak agi akit." (kakak jangan galak galak. Kan kakak lagi sakit)
Andreas ingin sekali menjahili Keano, tapi sayangnya Fahmi lebih dulu melototinya.

"Iya iya, maapin."

"Makasih ya yas. Kalau gak ada lo mungkin gue-"

"Udahlah, makan nih makan.  Cepet sembuh.  Biar gue punya temen ribut." Vania hanya mengangguk dan bermain dengan Keano. Tubuhnya sebenarnya masih sakit. Tapi tidak sesakit kemarin.

Buaya yang dimaksud kemarin adalah Andreas. Karena pada saat Andreas bermain kerumah Vania untuk kedua kalinya, ia bertukar nomor dengan Ayah Vania. Alasannya karena biar lebih akrab dan dapat menjadi teman Fahmi. Fahmi setuju saja, toh Andreas sangat akrab-able

"Ayah pergi kerja dulu ya. Beneran gapapa ayah tinggal?" Vania mengangguk.

"Ada Andreas kok. Ayah tenang aja." Andreas yang sedang bermain dengan Keano akhirnya menoleh.

"Enak aja gue dijadiin babu." gumam Andreas.

Fahmi mengangguk. "Keano ayo pulang. Biar kakak istirahat." Keano menggeleng.

"Au ini." (mau disini) ucap Keano tanpa melihat Fahmi. Takut Ayahnya tak menyetujui jika ia berada disini.

"Biarin yah, ayah kerja aja." ucap Vania seraya mengelus rambut Keano.

"Tenang om, ada saya." ucap Andreas dengan percaya diri. Fahmi menggeleng heran. Bagaimana pria ini bisa menjadi teman Vania?

"Ok. Nanti tante Ani kesini. Keano jangan nakal, kasian kakak masih sakit. Dan kamu, buaya, jagain anak saya! Jangan sampai kenapa napa!" Andreas mengangguk dengan senyum mengejek. Menjahili Fahmi lebih seru daripada menjahili anaknya.

Setelah Fahmi pergi, Vania langsung memberi kabar pada Deolinda. Kemarin Deolinda memang spam chat Vania tapi tidak ia balas.

"Gue dah bilangin anak anak. Mereka mau kesini." ucap Adreas yang sedari tadi menatap Vania.

Vania meletakkkan ponselnya dan menatap langit langit kamar inapnya. "Gue takut. Takut kalau kemarin terjadi lagi."

"Maafin adik gue ya van. Sebenarnya ogah sih nganggep adik. Tapi gimana lagi." Vania tertawa. Aneh juga Andreas menyebut Sarah dengan adik.

"Hm, yang salah kan adik lo. Bukan lo, santai aja."

Sarah adalah adik tiri Andreas. Fakta itu hanya diketahui keluarga Andreas dan Vania saja. Itupun Andreas tidak memberitahu kepada Vania. Vania tahu sendiri.

"Akak, ano apel." (kakak, ano lapar)

"Mau makan apa? Makan sama Kak Andreas ya?" Keano cemberut. Dia mau makan dengan disuapi Vania. Tapi teringat perkataan ayahnya jika tidak boleh nakal, akhirnya Keano setuju setuju saja.

"Gapapa gue tinggal sendiri?" Vania mengangguk. Andreas yang sedari risih melihat bantal Vania yang tidak beraturan akhrinya menata bantal di belakang Vania. Jika dilihat dari jauh, Andreas seperti memeluk Vania.

"Udah nanti gue beresin sendiri." Vania tak enak jika memperlakukan Andreas seperti babu terus menerus. Andreas seperti ini juga karena merasa bersalah. Walaupun dia tidak menyakiti Vania tetapi salah satu anggota keluarganya menyakitinya. Dan itu menganggu Andreas.

"Beneran?" Vania mengangguk.

"Wow! Sejak kapan kalian mesra gini?" heboh Mumed. Tanpa disadari teman teman Vania sudah datang dan menonton kejadian tadi. Mereka tadi sudah mengetuk pintu dan dibukakan Keano tanpa sepengatahuan Vania dan Andreas.

Vania dan Andreas sontak terkejut. Apalagi ada Putri disana. Hubungan Andreas dan Putri belum sepenuhnya baik. Dan pasti tambah runyam melihat kejadian tadi.

"E-eh." Andreas dan Vania saling melirik. Bingung dengan situasi.

Ayo jangan lupa vote ayangie😉
Selamat udah 1k pembaca, makasih semuanya☺

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang