eleven

2.7K 220 14
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa⭐💬

📍

📍

Vania saat ini tengah memasak untuk makan malam. Karena ada tamu, Vania harus memasak lebih dari biasanya.

Sedangkan di ruang tamu. Fahmi, Keano, Andreas, dan Jeffrie tengah mengistirahatkan tubuhnya. Keano tadi sempat membantu mereka bertiga. Membantu merecoki maksudnya😁

Jeffrie dan Andreas sudah mandi dan berganti pakaian. Mereka tadi pulang hanya untuk membersihkan badan dan kembali lagi ke rumah Vania. Itu karena Fahmi menyuruh Jeffrie untuk datang kembali. Fahmi juga akan menginterogasi Jeffrie tentang vc yang dimaksud Keano. Dan untuk Andreas, sebenarnya pria itu ingin tidur di rumah setelah membantu Ayah Vania, tapi karena dia lapar,  akhirnya dengan pedenya kembali ke rumah Vania untuk numpang makan. Fahmi menggeleng heran dengan tingkah Andreas yang bisa dikatakan amburadul.

"Akak! Cepetan! Ano apel." Fahmi mendengus mendengar penuturan putranya.

"Udah selesai!" ucap Vania dari dapur. Akhirnya mereka bertiga langsung menuju ke dapur.  Mata mereka langsung disuguhi beberapa makanan yang mayoritasnya makanan kesukaan Jeffrie. Vania membuatnya tidak sengaja. Ya, karena sedari tadi dia memikirkan pria itu jadi yang keterusan deh.

"Wow, kayanya enak nih." seru Andreas.

"Udah makan, Ano sini kakak suapin." Akhirnya acara makan malam mereka dimulai.

👟👟

"Jadi, maksut kamu apa? Vc dengan anak saya tidak pakai celana?" Vania meringis mendengar ucapan ayahnya. Jeffrie pun sama. Andreas yang tadinya memakan camilan di meja ruang tamu Vania langsung tersedak.

"Apa?!" Andreas yang baru saja minum langaung berteriak.

"Wah, pelecehan. Hukum aja om. Calon menantu tidak have sopan dan akhlak." Andreas yang berada tepat di samping Fahmi berdecak dan menggelengkan kepalanya. Didepan Fahmi, ada Jeffrie yang duduk menghadapnya. Sedangkan Vania duduk di sofa single sebelah kiri ayahnya. Untuk Keano, dia sudah tidur. Memang hobinya tidur.

"I-itu om." Jeffrie menggaruk lehernya yang tidak gatal. Kebiasaanya saat gugup.

"Itwu om itwu om. Yang bener napa Jef kalau ngomong. Calon mertua ini." sahut Andreas. Jeffrie melotot tak terima.

"Calon mertua gundulmu." Andreas mengendikan bahunya dan lanjut makan camilan.

"Saat itu saya masih dalam keadaan baru mandi, om. Vania telfon saya. Saya reflek angkat panggilan dari Vania dalam keadaan saya cuma pakai handuk." Jeffrie memelankan nada bicaranya di akhir kalimat. Malu.

"Terus?"

"Saya kira Vania butuh sesuatu, maka dari itu saya langsung angkat, om, tanpa lihat penampilan saya. Tetapi karena kemarin ternyata yang nelfon adiknya saya juga sedikit heran dan kaget. Terus tanpa disengaja, Keano lihat saya yang sedang berganti baju dan-"

"Kamu sengaja nampilin punya kamu biar anak saya iri sama kamu? Apa maksutnya ganti di depan anak saya. Atau emang, kalian berdua sering gitu?" Vania menggeleng.

"Nggak yah, itu-"

"Siapa yang suruh kamu ngomong?" Vania langsung bungkam.

"Saya tidak mempunyai tujuan tertentu, om. Saya tidak sengaja, maaf sebelumnya jika saya membuat kerusuhan dan kesalahpahaman." Fahmi manggut manggut.

"Awas kalau gitu lagi. Saya sunat punyamu kalau berani berani nampilin pisangmu lagi didepan anak anak saya."

"Hahahahahah." Andreas tertawa. Fahmi kaget. Lalu menggeplak bahu Andreas.

"Duh, sakit om." gumam Andreas seraya mengelus bahunya.

"Kasian, kok gini amat kejadian antara ayah mantan dan mantan." Fahmi menoleh heran ke arah Andreas. Vania dan Jeffrie langsung menegakkan tubuhnya. Takut jika Andreas cepu ke ayahnya kalau mereka pernah berpcaran.

"Mantan?" ulang Fahmi.

"Iya, om. Oh atau om sama kayak keluarga Jeffrie yang gak tahu kalau kalian pu-" Andreas menatap Jeffrie dan Vania bergantian langsung menutup mulutnya rapat rapat. Karena Andreas melihat mata keduanya melotot.

"Pu apa?" Fahmi mulai curiga.

"Itu lo, om. Mantan teman. Putus teman maksudnya. Kan mereka awalnya berteman lalu musuhan, gitu." jelas Andreas. Fahmi hanya menampilkan bibirnya yang membulat. Vania dan Jeffrie menghembuskan napasnya lega.

"Awas kamu kalau pacaran. Masih kecil juga. Gausah aneh aneh." ucap Ayahnya kepada Vania. Andreas tertawa mengejek.

MANTANWhere stories live. Discover now