eight

3.2K 221 19
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

"Vania!" itu suara ayahnya. Vania saat ini sedang membangunkan adiknya di kamar. Namun kegiatannya terhenti saat ayahnya memanggil. Vania pun segera menggendong Keano yang meriyip riyip. Jika Keano ditinggal maka ia tak akan bangung bangun. Malah nanti Keano akan kembali tidur.

Vania langsung menuju ke asal suara sembari menggendong adiknya yang sedang mengumpulkan nyawa.

"Apa, ya- kok kamu disini?" Vania hampir menjerit saat melihat orang di depannya. Itu ayahnya dan Jeffrie.

"Ini katanya dia temenmu. Mau jemput kamu." Vania memasang wajah cengo. Sejak kapan ia meminta Jeffrie datang ke rumahnya. Dan mengapa ia bisa tahu letak rumahnya saat ini.

"Itu akak yang unya ajah gede. Apiw iyat itu akak anteng! Acar akak!" Fahmi memasang wajah heran.

"Adekmu ngomong apa Van? Ayah dengernya 'kakak yang punya gajah gede. Pacar kakak' gajah apa? Pacar siapa?" Vania gelagapan. Adeknya memang danger.

"I-itu yah-"

"Akak! Imana caranya unya ajah gede? Ano engen." Jeffrie yang sekarang menjadi bingung. Keano menunjuk nunjuk dirinya. Tapi Jeffrie tak tahu Keano berbicara apa.

"Ano. Gajah apa sayang?" Fahmi langsung bertanya. Vania sendiri menunduk dan ingin menulikan telinganya saat ini. Jeffrie sendiri sedang menunggu Keano berbicara walaupun tak mengerti bahaa Keano.

"Itu." tunjuk Keano ke arah selangkangan Jeffrie. Sontak Fahmi menganga kaget. Begitupun Jeffrie. Vania sendiri menahan dirinya untuk tak berteriak.

"Emarin akak itu elponan cama Ano. Akak nda ake ceyana. Eyus ano iat ajah unya akak. Ajahnya akak ebih gede dayi ayah sama ano. Ano kan engen." Fahmi memasang muka garang. Apa maksut telfonan tak pakai celanan kepada sang anak. Jeffrie sendiri langsung gugup, merutuki kesalahannya dan membuat dirinya sendiri malu.

"Udah udah. Kakak gak punya waktu lagi. Sekolah kakak bentar lagi masuk. Ano makan sama ayah aja ya. Nanti kalau sama tante, Ano gak boleh nakal. Okey?" Keano mengangguk. Fahmi sebenarnya ingin menyidang anaknya tapi ia urungkan.

"Lo ngapain kesini?" Vania bertanya kepada Jeffrie.

"Jemput lo." jujur, Vania agak aneh saat Jeffrie menggunakan 'lo-gue' kepadanya.

"Oh. Yaudah, yah aku pamit." Karena Vania sedari tadi sudah menggunakan seragam sekolah, jadinya ia hanya tinggal berpamitan dan pergi. Jeffrie pun sama. Ia ingin berpamitan namun tatapan Fahmi agak kurang enak dipandang. Jadi Jeffrie harus mengeluarkan resep buaya daratnya.

"Maaf om sebelumnya. Saya izin mengantar Vania selamat sampai tujuan. Dijamin, tanpa lecet sekalipun." Fahmi masih diam.

"Yah?" Vania akhirnya bersuara. Tapi ayahnya tak menunjukan respon yang baik. Masih diam.

"Papiw nda oleh gitu. kan akak uda opan." Fahmi pun perlahan melunturkan wajah datarnya. Lalu berdehem. Akhrinya Vania dan jefffrie pergu untuk berangkat ke sekolah.

👟👟

Bel masuk sudah berbunyi. Untung saja Vania sudah datang, malah sekarang dia duduk manis di bangkunya. Tiba tiba ponselnya berbunyi. Itu notif pesan.

Kuedaniel

Cieeeeee....
Yang balikannnnnnn
Huuuu akhirnya balikan juga

Sotoy
Urusin hidup lo sendiri

Aaaaaaa
Balikannnnn
Huuuuu
Balikan adalah hal yang haram dilakukan olehku dan beberapa umat yan lain/ emot sedih/
Kok balikan, cari baru dong😏

Lo pikir gue peduli
Nggak lah!

Balikannn vania balikannn😝

"Lo kampret ya!" sontak seisi kelas yang awalnya ramai mulai terdiam. Mereka semua kompak melihat keributan yang dilakukan oleh aktor Daniel dan aktris Vania. Selain Andreas, Daniel juga musuh bebuyutan Vania. Ya karena Vania musuh-able.

"Dasar titisan kudaa!"

"Aaaa ampun Van, aduh!"

"Hihhh, gue remek lo ya!"

"Duh anjing, leona bantuin napa astagfirullah, aw!" Vania terus menghajar Daniel. Dari menjambak, mencubit dan memukuli daniel. Itu tindakan kekerasan, bukan? Murid di kelas sudah biasa jika Vania berulah kalau ada yang memancingnya. mereka memilih aman, yang berarti diam saja. Menonton pertunjukan antara Daniel dan Vania adalah suatu keahlian mereka. Tanpa disadari ada seseorang yang juga ikut menonton. Justru dia bertepuk tangan dan diikuti murid lainnya. Saat semua sadar akan kehadiran orang tersebut mereka semua terdiam kecuali Daniel dan Vania yang masih rusuh.

"Hebat! Lanjutkan! Terus! Hajar sampai teler!" sorak Cekgu besar. Yang baru saja mengatakan itu semua adalah kepala sekolah. Namanya, bu Heri.

Vania dan Daniel mendadak diam, sekarang mereka tengah berpose ala model asal asalan. Tangan kanan Vania memegang rambut Daniel, tangan kirinya memegang dasi daniel. Sedangkan Daniel, tangan kirinya menahan tangan Vania untuk tak mencekiknya dan, tangan kanannya sedang menjewer telinga Vania.

"Kalian berdua! Masuk keruangan saya, sekarang!"

MANTANWhere stories live. Discover now