👻18. Suara dikeheningan

221 69 0
                                    

Setelah menjalani seumur hidupnya sebagai seorang tuna rungu, Yangyang akhirnya mendapatkan implan koklea. Saat terbangun setelah operasi, aku, Xiaojun, Hendery, dan Jungwoo segera saja mengerumuninya. Istrinya, adalah orang pertama yang bicara dengannya. Saat mendengar suara orang yang paling ia cintai itu, Yangyang tak bisa membendung tangis bahagia. Kami kemudian berbicara dengannya secara bergantian, mengenalkan suara kami padanya, dan atas setiap kata yang keluar, dia semakin emosional. Wajar, bagi seorang yang tuli seumur hidupnya, bisa mendengar suara-suara merupakan sebuah pengalaman yang menguras haru.

Saat kami semua selesai, yang tersisa adalah keheningan belaka. Dia kemudian menatapaku dan menanyakan suara apa yang sedang ia dengarkan. Butuh waktu untuk mengerti suara apa yang ia maksudkan, dan saat aku paham, kukatakan padanya bahwa dia sedang mendengarkan keheningan.

Yangyang menggeleng. “Hening tidak seperti ini,” ujar lirih, seolah hendak meresapi dan mengenali sauaranya sendiri untuk yang pertama kali.

“Seumur hidup, tak ada hal lain yang kudengarkn selain hening. Yang ini berbeda.”

Sebuah suara terdengar dari luar ruangan, mendengarnya, Yangyang sontak menegakkan badan. “Itu dia! Bukankah keheningan adalah suara yang seperti itu?”

Yang ada di ruangan saling melempar pandang cemas, dan berbagai ekspresi lain yang susah diterka sebelum kemudian, aku angkat bicara.
“Bukan,” kataku lirih. “Yang barusan itu adalah suara jeritan.”

Jeritan seorang pria yang lehernya hampir putus. Renjun, pria itulah yang baru saja menjerit. Ia selalu mengikuti ke mana pun aku pergi. Dengan suara serak yang hampir tidak terdengar akibat leher yang menganga, Renjun berujar, "Bagai bayangan, aku akan selalu mengikutimu, Jaehyun." Sekalipun ia telah tak di dunia, janjinya terus ia pegang erat.

—Tamat—

Searching, tapi kumodifikasi kata-katanya, plus kutambah pula 😉

ᴺᶜᵀ ⁺ ᵂᴬʸⱽWhere stories live. Discover now