12. Kolam Ikan

800 123 19
                                    

Tepat pada tanggal 25 Maret aku beserta keluargaku pindah rumah. Kami pindah di kawasan yang lebih tenang, beserta rumah yang lebih besar.

Awalnya aku tak setuju akan perpindahan mendadak ini, mengingat sudah banyak teman yang aku miliki di rumah lamaku, dan lagi.. pindah rumah, itu tandanya pindah sekolah, kan?

Hufh.. rasanya masih belum rela meninggalkan sahabat-sahabatku di sana.

"Jisung, itu tolong bantu kakakmu bawa barang ke taman belakang. Bawanya hati-hati. Kamu juga hati-hati jalannya, jangan sampai kesandung."

Mendengar titah mama, aku pun langsung melaksanakannya. Membawa sekardus penuh dengan alat berkebun.

Iya, mamaku suka berkebun dan di rumah sebelumnya beliau sudah berhasil menanam bermacam tanaman, dari bunga-bungaan hingga obat-obatan.

"Lumayan, tapi perlu ditata ulang. Banyak semak yang harus dirapihkan."

Dan see aku pun sedikit mewarisi sifat pencinta alam seperti mama. Aku senang sekali jika mama sudah mengajakku untuk berkebun. Aku sangat suka warna-warni bunga dan hamparan berwana hijau dari pepohonan atau rerumputan.

Setelah menata sedikit barang di sana, aku pun berniat masuk kembali ke rumah. Hari mulai sore, dan aku perlu mandi setelah beberesan. Udara lumayan dingin, membuatku ingin berendam di air hangat.

Aku berjalan dengan santai. Bersenandung kecil hingga saat kaki jenjang ini hendak melewati kolam ikan milik papa, kolam ikan koi, aku menemukan sesuatu yang aneh. Tidak lama, hanya sekelebat bayangan saja.

Tidak memperdulikan, aku pun melanjutkan jalan.

"Akh!" sakit rasanya saat bokong ini mendarat mulus di tanah—tunggu! Mengapa aku bisa tergelincir?

Kaki panjangku terulur hingga (hampir) masuk ke dalam kolam yang cukup besar—sekiranya mampu untuk menampuk 30 ekor ikan koi besar-besar. Saat ingin bangkit, telapak tangan besarku menemukan (terasa) air di sekitar. Aku tidak ambil pusing. Itu hanyalah air dari kolam saja, bukan?

Setelah bangkit, akupun masuk ke dalam rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 18. Tidak baik, bukan, berkeliaran di sekitaran jam segitu? Kata orang, banyak dedemit yang akan berkeliaran. Ih, ngeri!

























Dan tanpa Jisung tahu, air yang berceceran di sekitarnya merupakan darah kental. Pemuda itu tergelincir oleh darah—

Darahnya sendiri.

Kakinya yang hampir masuk ke dalam kolam, tanpa dia tahu ada sebuah mulut yang menganga lebar penaka siap menelan kaki panjang itu. Rambut panjang si mulut lebar terurai, mengambang di dalam air. Tidak ada ikan, hanya ada air berwarna keruh—merah kecoklatan.

Tepat pukul 18, kemarin, Jisung yang tengah memberikan makan ikan didorong oleh orang asing, sebelumnya kedua orang tua pemuda itu sudah terlebih dahulu disekap, lalu dibunuh.

Jisung dibiarkan tenggelam, dan setelah napasnya sudah habis, sosok asing itu membawa Jisung keluar dari kolam. Memecahkan batok kelapanya menggunakan palu hingga darah bececeran.

Kepindahan Jisung beserta keluarga berakhir tragis. Belum 24 jam tinggal di sana, ketiga orang itu sudah tewas.

Lalu, siapa sosok pembunuh itu?

👻☠️☠️

Book ini tuh ada riddlenya juga ya, mengingatkan saja 👏

Next mau siapa nih?

ᴺᶜᵀ ⁺ ᵂᴬʸⱽWhere stories live. Discover now