👻 •11. Sebilah Pisau dan Belati

1K 138 14
                                    

Sudah seminggu Jungwoo bekerja di salah satu perusahan terbesar di negaranya. Dan seminggu itu pula dia harus telat pulang kerumah.

"Ahh, akhirnya selesai!" Jungwoo segera merapihkan peralatan kantornya. Menyusun berkas-berkas penting yang baru selesai ia kerjakan.

Setelah rapih dengan itu semua, tidak lupa Jungwoo mematikan lampu yang berada khusus di mejanya. Karena dia sering pulang larut dan pasti lampu kantor sudah dipadamkan saat pukul 10, jadilah Jungwoo menyiapkan lampu belajar.

Berjalan keluar ruang karyawan, menelusuri lorong-lorong yang untungnya tidak semua dimatikan. Namun, entah telinganya yang salah menangkap gelombang suara atau memang benar-benar ada seseorang yang berjalan di belakangnya.

Langkah semakin ia percepat dan dapat ia dengar pula langkah lain semakin cepat mengikutinya. Sejujurnya ia tidak ingin menolehkan pandangan, namun apa boleh buat, di dalam ketertakutannya, pria itu berlari sembari menoleh beberapa kali kepada seseorang yang masih terus mengikutinya.

Lorong yang gelap ditambah pakaian sosok itu yang berwarna serba hitam, membuat Jungwoo sulit mengenali siapa sosok yang mengikutinya, bahkan mengejarnya saat ia berlari.

Bugh.  Jungwoo terjatuh akibat polisi tidur yang tidak ia lihat ketika berlari tadi. Meskipun dirinya sudah dapat keluar dari kantor, ternyata sosok aneh itu tetap mengikutinya. Bahkan lebih parahnya, sosok yang mengejarnya tiba-tiba saja mengeluarkan belati dari saku celananya.

Jungwoo berusaha sekuat tenaga bangkit dari jatuhnya di jalanan beraspal tidak jauh dari kantor tempat ia bekerja. Sudah berkali-kali ia berteriak meminta pertolongan, namun tidak ada seorang pun datang menolongnya.

Jungwoo tahu, tempat kerjanya termasuk kawasan sepi penduduk dikarenakan hanya ada sedikit rumah penduduk dengan banyak kantor kantor besar maupun kecil yang otomatis saat malam tidak ada pengamannya selain cctv kantor atau jalan.

Sosok itu kian mendekat pun ketakutan Jungwoo kian melanda. Jujur, Jungwoo pernah ikut kegiatan bela diri kala dudyn dibangku sekolah menengah. Lima tahun mengeluti bela diri, seharusnya kini ia tak takut. Namun ya mau bagaimana, semenjak pertandingan tujuh belas tahun lalu yang membuatnya trauma besar, ia pun tak pernah lagi berurusan dengan hal semacam ini.

Iya masih ingat saat umurnya 20 tahun, saat dirinya mengikuti kejuaraan bela diri, ia dapat mengalahi tiga orang dalam satu kali pertandingan dan satu orang di luar pertandingan.

Dua orang di antara hanya luka ringan, sedangkan satu di antaranya cukup parah luka pada tulangnya. Seorang lagi, entahlah, pemuda Kim tak pernah mendengar kabarnya lagi.

"Kau harus merasakan apa yang aku rasakan, Kim Jungwoo.." secepat kilat, belati itu terukir apik di wajah rupawan Jungwoo. Di mulai dari kening, turun melalui hidung, hinga ke belah bibir berwarna merah milik Jungwoo.

"Ck! Wajahmu makin tampan, sial!" sosok misterius itu berdecak tak memperdulikan ringisan Jungwoo yang telah berubah menjadi jeritan saat belati itu kian menusuk dalam pipinya.

Ceetttss darah muncrat seketika saaat bola mata Jungwoo di tusuk telak sosok misterius. Dada bagian kirinya pun turut ditusuk, bedanya bagian jantung menggunakan sebilah pisau yang lebih besar.

"Katakan salamku untuk Kun, Jungwoo-ya.."

"Katakan, Jungwoo, adiknya, merindukannya."

🔪🔪🔪

ᴺᶜᵀ ⁺ ᵂᴬʸⱽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang