👻13. Telepon Pengganggu

674 120 19
                                    

Dejun bukanlah murid yang terkenal. Dia lebih gemar berdiam diri di pojok kelas, atau pergi ke perpustakaan saat makan siang. Dia benar-benar benci keramaian, apalagi kegaduhan yang Lucas dan kawan-kawannya buat.

Kali ini, untuk kesekian kalinya Lucas berbuat gaduh. Dan untuk kesekian kalinya, dirinya menjadi korban bully teman sekelasnya.

Lucas, Mark dsn Hendery mengetahui itu. Mengetahui bahwa Dejun sering dibully. Namun agaknya ketiga orang tersebut tidak ada niatan untuk membantunya-atau setidaknya memperingatkan si pembully, bahwa yang dilakukan itu salah.

Kembali pada kenyataan, ketiganya tidak peduli. Bahkan kali ini, saat para pembully itu menjambak rambut Dejun dan meludahinya, tiga orang perusuh itu terlihat masa bodoh. Mereka melenggang, tanpa ada niatan menolongnya, atau sekedar meliriknya.

Dejun yang malang pun harus pulang dengan mengenaskan.

👻👻

1212 merupakan nomor telepon yang sudah dua hari belakangan ini meneleponnya. Dejun tidak benar-benar tahu motif orang itu menghubunginya-apalagi saat dia mengangkatnya hanya ada keheningan. Tidak ada suara seseorang di seberang sana, di sambungan telepon.

Dua hari ini, sudah dua kali nomor yang sama meneleponnya. Dan dua kali itu juga hanya keheningan yang menyapa.

👻👻

Dejun kembali ke rumah dengan wajah babak belur. Jika kemarin basah kuyub, kini basah oleh darah. Memar-memar di wajahnya sangat banyak. Nyeri memang rasanya, apalagi kakinya sempat terkilir.

Kring~

1212, lagi-lagi meneleponnya. Dengan susah payah Dejun mengangkat telepon itu, namun lagi-lagi tidak ada suara seseorang di seberang sana, selain suara televisi rusak. Suaranya terdengar tidak jelas, dan memekikkan telinga.

👻👻

"Aku tidak menyangka mereka akan pergi secepat itu." Seorang murid berbicara dengan dua murid lainnya.

Kali ini sekolah dihebohkan dengan penemuan mayat di toilet sekolah, perpustakaan, taman belakang sekolah, dan atap sekolah.

"Benar. Tapi.. kurasa itu merupakan kabar baik. Dengan itu, tidak ada lagi pembully di sekolah kita."

"Setuju!" seseorang yang lainnya menanggapi.

"Tapi, bagaimana bisa, ya, mereka meninggal secara tragis begitu?" murid bernama Haechan mengeryitkan keningnya, merasa terheran juga penasaran.

"Kudengar, sehabis membully, orang asing menghampiri. Aku tidak tahu pasti seperti apa sih. Aku hanya mendengar dari Pak guru John." Kali ini murid lainnya yang bernama Renjun.

"Kok orang tua mereka tidak ada yang datang, ya?" kali ini Yangyang yang bertanya.

"Papaku bilang, orang tua mereka lenyap seketika. Tidak ada kabar dan tidak dapat dihubungi!"

Merinding. Ketiga murid itu bergidik.

"Kalian sedang apa?" seorang polisi menghampiri ketiga murid yang sedang asik bercerita di depan perpustakaan.

"Ah, Pak Jaehyun!" Renjun tampak senang. Binar mata terlihat jelas. "Apa benar yang mati di dalam merupakan Dejun?" tanyanya dengan berbisik.

Jaehyun mengangguk. "Dan tidak seharusnya kalian menghalangi jalan, anak bocah!" tegas polisi tersebut.

Ketiga murid itu terkekeh. "Hehe, kami hanya penasaran."

"Iya. Kalau begitu, kami pamit dulu. Dadah, Pak polisi!" Haechan melambaikan tangan ke Jaehyun.

👻👻

"Apa polisi itu sudah gila?" Jeno bertanya kepada Jaemin. Sedang yang ditanya hanya menggidikkan bahunya.

"Aneh, ya. Tampan, tapi gemar berbicara sendiri!" Chenle bergidik.

"Iya. Kasihan kekasihnya nanti." Jisung menyetujui ucapan Chenle barusan.

Kring~

Keempatnya tersentak. Gawai milik masing-masing berdering. Keempatnya menegang saat melihat angka di layar.

Saling tatap, sebelum akhirnya mereka berteriak.

"1212!!"

1212 merupakan nomor terkutuk.
Siapa saja yang mendapatkan panggilan dari nomor tersebut, tiga hari kemudian, dapat dipastikan, mereka akan ditemukan tidak bernyawa.

Mati, seperti Renjun, Haechan dan Yangyang.
Juga yang baru-baru ini, Dejun, Lucas, Hendery dan mark.

Nomor terkutuk itu akan terus mengganggu, sampai tujuan utamanya berhasil.

Melenyapkan sebagian besar penduduk bumi, dan hanya meninggalkan seperempatnya saja.

Dia akan menguasai dunia.

👻👻☠️☠️

ᴺᶜᵀ ⁺ ᵂᴬʸⱽWhere stories live. Discover now