👻 22. Hitung Domba

160 48 12
                                    

Pagi ini, Sungchan berangkat ke kampus lebih awal. Saat memasuki ruangan, hanya terdapat tiga orang. Sungchan kenal mereka, namun tidak benar-benar mengenal lebih dalam.

Di kursi paling kanan deretan terbelakang, ada Johnny—cowok tinggi semampai yang hobi membaca buku fantasi. Selisih dua bangku sebelah kanan Johnny, ada Renjun—cowok famous seatero jurusan, yang kini tengah berkutat dengan sketsa gambar seperti hari-hari biasanya yang merupakan rutinitas sehari-hari. Dan yang terakhir, ada Jaehyun. Cowok yang cukup pendiam, dengan kacamata sebagai ciri khasnya. Cowok itu duduk di sebelah kiri, barisan terbelakang.

Perlahan Sungchan melangkah lebih dalam memasuki ruang kelas. Mendudukkan dirinya di antara Jaehyun dan Renjun.

"Sudah berapa lama?" tanya Sungchan kepada Jaehyun.

Dalam kelas ini, hanya Jaehyun yang ia kenal betul. Keduanya memang cukup dekat, padahal Renjun sudah mewanti-wanti agar cowok jangkung itu tidak mendekati Jaehyun yang terkenal aneh.

"Tidak terlalu. Namun, akulah yang datang paling awal dibandingkan dua lainnya." Ah, sebenarnya tidak perlu ditanya pun Sungchan sudah tahu pasti. Akan tetapi, terus ia lakukan seakan sebuah sapaan di awal pertemuan dengan Jaehyun.

"Oh, ya! Semalam, ada apa meneleponku? Maaf, aku terlalu sibuk dengan tugas yang diberikan Mr. Thomas hingga tidak melihat notifikasi ponselku." Sungchan bertanya, kini atensi penuh ia berikan kepada Jaehyun.

Lelaki di sebelah kanan Sungchan menoleh. Sorot matanya terlihat gusar; bergerak ke sana ke mari. "Ah, itu ... hm, tidak ada. Aku hanya iseng, kukira kamu tidak sibuk, hehe!" alasan. Sungchan tahu betul tatkala temannya itu berujar canggung.

Keheningan kembali mendominasi kelas. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tiba-tiba Jaehyun menoleh ke arah Sunchan dan berkata, "Sebenarnya semalam aku hanya ingin memberitahukanmu untuk jangan pernah menghitung domba lagi sebelum tidur."

**

Seperti biasanya, Sungchan lagi-lagi sulit untuk tidur. Akhir-akhir ini memang dia ada masalah dengan jam tidurnya. Lelah sebenarnya, sudah sangat mengantuk sekali selepas mengerjakan banyak tugas perkuliahan. Akan tetapi, sudah setengah jam ia mencoba memejamkan mata, tak kunjung jua ia terlelap.

"Jangan pernah menghitung domba lagi sebelum tidur."

Perkataan Jaehyun tiba-tiba teringat olehnya. Sebenarnya ia cukup bingung, dikarenakan bagaimana temannya bisa tahu jikalau ia sulit tidur acap kali ia menghitung domba. Sungchan menyadari kebiasaannya seperti anak kecil, tak jarang teman-temannya yang lain menertawakan jika ia melakukan itu. Namun, untuk Jaehyun agak berbeda. Cowok itu tidak menertawakan, justru seperti ... memperingatkannya? Ya, itulah yang Sungchan tangkap.

"Ah, paling hanya gurauan."

Ya, apa salahnya bukan? Jaehyun yang terkenal aneh, tentunya sering mengatakan hal aneh pula. Ini, Sungchan juga sering merasakannya.

Matanya terpejam, dengan lengan kanan menutup kedua mata. Satu domba ... dua domba ... tiga domba ... Sungchan tak kunjung mengantuk. Empat domba ... OH ASTAGA! Cowok itu terbangun dari acara berbaringnya. Matanya terbuka, terkejut dengan imajinasi domba yang tidak seperti biasanya.

Domba keempat, berbeda dengan domba-domba sebelumnya.

Sedari awal membiasakan sebelum tidur menghitung domba, selalu terbesit bayangan padang berisikan rerumputan dan bunga berwarna-warni yang terdapat banyak domba. Indah pemandangannya, lucu dombanya.

Akan tetapi, kali ini berbeda. Domba keempat kali ini sedikit membingungkan. Bulunya berwarna hitam pudar, terdapat bercak merah di beberapa bagian. Dari belakang, domba itu terlihat seperti baru saja terkena kobaran api. Tatkala berbalik menatapnya ... YA, TUHAN! Rupa domba itu begitu seram!

Imajinasi terburuk sepanjang hidupnya!

Kring! Dering ponsel berbunyi. Cepat-cepat Sungchan mengangkatnya.

Jaehyun.

Ah, ada perlu apa cowok itu menghubunginya?

"Ya, hallo?"

"Ka, kamu ..." suara panggilan terdengar putus-putus. Pun dengan suara Jaehyun yang terdengar begitu serak, melebihi biasanya. "Sung—" kresek!kresek! Suara itu berubah seperti tv rusak. "Jangan menghitung!" terputus. Sambungan telepon terputus.

"Hallo? Jae, hallo?" Sungchan mengeryit, merasa heran dengan temannya itu.

Tidak ingin berlarut dalam kebingungan, cowok itu kembali berusaha menidurkan dirinya.

Lagi, ia menghitung domba. Satu domba, dua domba, tiga domba, TING! buyar, perhitungan Sungchan buyar tatkala ponselnya kembali berdering. Kali ini, suara notifikasi.

Jaehyun, lagi-lagi dia.

Huh? Jangan pernah menghitung domba lagi?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huh? Jangan pernah menghitung domba lagi?

Apa maksudnya?

Apa maksudnya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengincar ... siapa yang mengincarnya?

**

Keesokan harinya, tidak ada kabar dari cowok berkacamata yang semalam menelepon Sungchan. Di hari-hari berikutnya pun demikian.

Cowok itu ... Jaehyun ... menghilang, dengan puluhan domba imajiner Sungchan.

👻👻👻

Hi?? Lama tidak jumpa 🙀 kali ini aku bawa kisah misteri hitung domba bersama Sungchan dan Jaehyun. Kira-kira, bagaimana menurut kalian, kok Jaehyun melarang Sungchan menghitung domba? 🤔

Oke! See you di chapter berikutnya! Insya Allah akan kuusahakan lebih sering menuangkan ide di cerita sekali teguk ini! 😅

Ada yang request member dan plot tentang apa, boleh komen di sini 😉👍🏽

Contoh; Hendery—Jailangkung.

Wkwkwk 🙀👻

ᴺᶜᵀ ⁺ ᵂᴬʸⱽWhere stories live. Discover now