Aku tersentak saat ponselku lagi-lagi berdering dengan kencang. Tanpa butuh waktu lama, aku pun mengangkat telepon tersebut.
"Ya, halo?"
Tidak ada sautan. "Mungkin orang iseng." Gumamku dan meletakkan kembali ponselku.
Namun, selang beberapa menit, ponsel itu kembali berdering. Dengan kesal aku mengambilnya dan membuka layarnya dengan kasar.
"Ya! Kau siapa?! Tolong jangan meneleponku terus-menerus!"
Aku mematikan ponselku dengan kasar. Membuangnya ke sembarang arah. Menyenderkan kepalaku yang sedikit pening gara-gara ulangan matematika tadi.
"Mengapa kau tidak pernah mau mengangkat teleponku, Jaemin?"
Aku tersentak.
Di rumah, aku hanya tinggal seorang diri. Ibu dan Bapakku tinggal di kampung bersama adikku.
Lalu itu...
"Katakan Jaemin, kenapa kau tidak pernah mau mengangkat telepon kekasihmu ini?!"
"Berbaliklah, aku berada di belakangmu."
Aku berbalik dan betapa terkejutnya diriku saat melihat mantan kekasihku yang aku pukul kepalanya, dan aku buang jasatnya di sumur belakang rumahku.
Alasan klasik aku membunuhnya.
Karena dia selalu menggangu diriku dengan meneleponku tak ada hentinya.
👻👻👻👻
