e m p a t

192K 17.7K 1.6K
                                    

Sruk!

Angelina menghempas kasar tubuh Divney sampai tersuruk ke lantai, kepalanya hampir membentur kaki meja.

Gadis itu mengerang, menahan nyeri di kakinya, lalu tiba-tiba Angelina langsung menjenggut rambut bagian belakang Divney, membuat gadis itu mendongak, memekik makin kencang.

"Mih, gue gak jual diri! Gue cum-" ucapan Divney terpotong saat tanpa basa-basi Angelina menjentuskan kepala Divney ke kaki meja.

"Aaaarrgghhh!!!" Divney menjerit kencang, saat dua kali cambukan mendarat di punggungnya.

Cairan bening menetes dari sudut mata Divney, rasa sakit bercampur perih membuatnya tak bisa membendung air mata, gadis itu menangis mengerang.

"G-gue suntik dia pake cairan bius yang gue temuin di kamar lo, k-kita gak ngewe, bitch!" jerit Divney.

Ya, kalimat "Bitch" yang baru saja lolos dari bibirnya, ia tujukan kepada sang Ibu. Gadis itu benar-benar hidup tanpa rasa sopan dan attitude sama sekali.

Terlebih ia dibesarkan dari lingkungan yang memaksanya untuk mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak ia ketahui secepat ini, di usianya yang masih terbilang dini, yaitu 17 tahun, ia sudah mengetahui pahit manisnya kehidupan gelap yang dijalani oleh orang-orang dewasa. Jadi, jangan kaget jika berkataan kasar seperti itu terasa wajar-wajar saja bagi Divney jika dilontarkan kepada orang yang lebih tua.

Angelina terkekeh kecil, mengatamati Divney begitu lekat. "Gue tau ... ada cctv di kamar gue ... gue juga tau muka-muka bego kaya lo gak bakal berani ngewe sama orang yang gak lo kenal."

"Anjing! Terus kenapa lo hukum gue?!"

Dugh!

Darah segar keluar dari hidung Divney, ketika Angelina yang masih menggunakan sepatu heels tebal menendang wajah Divney.

"Jangan teriak ke gue, gue bukan adek lo," ucap Angelina dengan nada khasnya, yang terdengar lembut dan santai, namun terasa mengintimidasi bagi siapapun yang mendengarnya.

Lalu selang beberapa detik kemudian, Angelina berbalik badan, melangkah pergi bersama cambuk panjang yang ia seret.

Saat sudah sampai di ambang pintu, Angelina menolehkan kepalanya ke samping.

"Kasih 60 juta itu ke gue atau balikin ke yang punya ... lo gak pantes dapet uang tanpa ngelakuin apapun, gue gak pernah ngajarin lo jadi penipu," pungkas Angelina lalu melanjutkan langkahnya.

Tangan Divney mengepal kuat, giginya bergemelatuk, sekarang tubuhnya terasa nyeri, bahkan baju di bagian pungunggungnya tampak sobek oleh karena cambukan yang begitu keras. Sepertinya punggung Divney juga mengeluarkan darah.

"Jalang sialan! Anjing lo, Mih!!!" teriak Divney mengumpat, sesaat setelah ia mendengar suara mobil menjauh dari halaman, Ibunya sudah pergi.

Lagian mana mungkin ia berani mengumpat seperti itu saat Ibunya masih berada di dekatnya. Cari mati namanya.

***

Seperti biasa, gadis yang di kenal judes dan disegani oleh semua orang itu, kini sedang berjalan lesu di koridor, tak sedikit anak yang menunduk saat berpapasan dengannya, adapun yang berani menyapa, namun hanya diabaikan oleh Divney.

"Div! Divney!" teriak salah seorang anak lelaki, menyadari namanya dipanggil, Diveny menoleh ke belakang.

Dan mendapati Cakra tengah berlari menuju ke arahnya, cowok itu mengatur nafas beberapa saat, sedangkan Divney hanya memperhatikan dengan kening mengernyit.

Bad AssociationWhere stories live. Discover now