t i g a p u l u h s e m b i l a n

75.3K 9.6K 1.1K
                                    

Hari berganti hari, semakin lama Devian semakin mengekang apapun yang di lakukan Divney.

Bahkan karena sifat posesif Devian yang berlebihan, lelaki itu sampai menyadap semua aktivitas yang ada di ponsel Divney. Bahkan ia juga tak akan segan-segan berurusan dengan siapapun lelaki yang mencoba untuk mendekati kekasihnya.

"Urai rambut lo!" suruh Devian.

Melirik sekejap, gadis yang rambutnya di cepol ke atas itu menaikan alis.

"Urai gue bilang!"

"Cuma karena leher gue ke-ekspos? Apa perlu seposesif itu? Kenapa gak lo jubahin aja gue?"

Tak menggubris ucapan sang kekasih, di tengah ramainya suasana kafe, Devian menarik paksa rambut Divney sampai kembali terurai, membuat gadis itu memekik sedikit terkejut.

"Kenapa lo suka gue terus-terusan pake cara kasar, sih?" tanya Devian.

Mata Divney berkaca. "Gue bener-bener gak bahagia sama hubungan ini, Dev. Ayo, kita udahin aja semuanya. Gue pengen putus. Gue capek!"

Berdecak kesal, mengamati Divney beberapa saat, tiba-tiba lelaki itu menyiramkan secangkir kopi yang masih sedikit panas ke dada Divney.

"Aaggghh!!!" teriak gadis itu tersentak kaget.

Sadar jika menjadi bahan pusat perhatian, Devian langsung berdiri dari duduknya, menghampiri Divney dan memapah gadis itu keluar dari kafe.

Sampainya di dalam mobil, buru-buru Devian membuka kancing kemeja gadis di dekatnya, membuat Divney membelalakan mata, berteriak kencang sembari memberontak sekuat tenaga.

"Euumm!" Namun lelaki itu langsung membekap mulut Divney.

Melotot tajam membuat Divney terdiam dalam rasa ngeri, perlahan Devian menjauhkan tangannya dari mulut Divney, tampak gadis itu masih tertegun dalam posisinya.

Melanjutkan membuka kancing kemeja bagian atas, Devian mulai mengusap sisa kopi panas pada dada Divney menggunakan tisu, lalu mengoleskan salep ke bekas siramannya tadi.

Meneguk ludah, tengkuk Divney dibuat panas dingin. Apa yang sedang dilakukan oleh Devian?

"Lo gak apa-apa?" tanya lelaki itu.

Sontak saja membuat Divney menautkan alis merasa heran, gadis itu semakin merasa ngeri terhadap lelaki yang kini tengah tersenyum tipis tanpa rasa bersalah ke arahnya.

"Lo yang udah nyiram gue, brengsek!" umpat Divney.

"Karena gue gak suka lo ngucapin kata 'putus' mulai sekarang jauhin kata itu dari mulut lo. Ngerti?"

"Udah gila lo!"

Senyum di bibir Devian memudar, ekspresinya kembali datar.

"Sekali punya gue selamanya bakal jadi punya gue!"

***

Triiingg

Di sekolah, pada jam terakhir, tiba-tiba semua anak dibuat kaget akan bel pulang yang berbunyi lebih cepat dari biasanya. Dan di ketahui jika para guru tiba-tiba mengadakan jadwal rapat mendadak.

Mengetahui jam pulang sekolah sudah tiba, buru-buru Divney berjalan mengendap, menjauh dari kelas secara diam-diam agar tidak terlihat oleh Devian.

Setelah berhasil keluar dari sekolah melalui tangga rahasia yang ditunjukan oleh Cakra beberapa pekan lalu, Divney menghela napas lega, sesaat kemudian mematung mengamati bekas posisi Cakra saat terkahir kali mereka bertemu.

Bad AssociationWhere stories live. Discover now