e m p a t p u l u h

78.9K 9.4K 496
                                    

Brakk!!!

Belum sempat sebilah pisau itu menggores leher Divney, tiba-tiba seseorang mendobrak pintu.

Tampak sebuah siluet lelaki berdiri tegap di ambang pintu, napasnya tersengal, dengan tangan kokohnya yang mengepal kuat.

Seketika semua tatapan langsung terpusat ke arah lelaki itu, terlebih Divney yang langsung dapat mengenali siapa yang berdiri di ambang pintu sana.

"Bangsat!" sentak Devian, lalu berlari ke arah tiga lelaki yang sudah siap mengeroyoknya.

Perkelahian terjadi, Devian yang notabene pandai dalam aktivitas bela diri langsung bisa menumbangkan tiga lelaki itu dalam beberapa kali pukulan.

Memergik panik dengan mata membulat, Sherly hendak mencoba kabur, namun langsung dihalangi oleh Devian. Lelaki itu menahan dua gadis yang beberapa saat lalu hampir saja mencelakai kekasihnya.

Beralih ke Divney, Devian langsung bergegas untuk melepas tali yang mengikat tangan dan kaki gadis di hadapannya.

"Ada yang luka?" tanyanya cemas, mengamati tiap jengkal tubuh Divney.

"Enggak," jawab gadis itu, memegangi rahangnya yang masih sedikit terasa nyeri akibat terlalu lama mengigit gumpalan kain.

Berdiri dari duduknya, Divney menepuk-nepuk rok miliknya yang sudah dipenuhi oleh debu, lalu tersenyum miring mendekati dua gadis yang sudah tertunduk panik di dekatnya.

Divney menangkup pipi Sherly. "Lo harus bayar semuanya."

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku, lantas menghubungi Angelina. "Hallo, mih? Gue ada bisnis kecil, nih ... baru aja anak kepala sekolah yang waktu itu udah buat lo ilang duit 200 juta, berusaha nyulik dan bahkan hampir nyelakain gue, mungkin dengan ini bisa buat duit lo balik berkali-kali lipat? Lo bisa urus, 'kan?"

"Yang lo botakin waktu itu?" jawab Angelina dari seberang telepon.

"Iya."

"Sialan! Ada saksi?"

"Ada, tiga cowok dari sekolah lama gue."

"Sekarang lo di mana? Buruan kirim lokasi, gue bakal ke situ bareng polisi."

Tut

Divney terkekeh kecil, kembali memasukan ponselnya ke dalam saku, lalu menepuk-nepuk pipi Sherly.

"Kriminal lo nanggung-nanggung, sih, bisalah dituker pake duit," kekeh Divney dengan ekspresi penuh ejek.

Lantas gadis itu beralih ke Bella, dengan wajah tertunduk, tiba-tiba Bella langsung menjatuhkan lututnya, memeluk kaki Divney sembari menangis terisak.

"Maaf, Div, maafin gue!" seru Bella.

Brugh

Berdecih jijik, Divney menendang tubuh Bella sampai tersuruk ke lantai.

"Apa yang bakal gue lakuin, apa yang bakal lo terima. Inget, semua itu karena lo yang mulai."

menggidikan kepala dengan penuh rasa cemas, Bella mengatupkan kedua tangan seolah tengah memohon. "Maaf, Div! Gue janji gak akan ngelakuin hal goblok kaya gini lagi. Gue janji. Maapin gue. Jadiin gue babu, gue gak akan nolak! Tapi, tolong! Jangan bongkar rahasia gue!!!"

Menghela napas pelan, Divney memalingkan wajahnya ke samping. "Bentar lagi polisi dateng, mending lo pergi. Gue tau lo orang miskin, pasti gak akan mampu buat bayar uang tebusan, kalo nanti lo masuk ke dalam penjara."

***

Setelah selesai memberi pengakuan terhadap pihak berwajib, Divney bergegas pergi dari kantor polisi bersama Devian yang selalu setia berada di sampingnya.

Bad AssociationWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu