d e l a p a n b e l a s

109K 13.8K 830
                                    

"Itu si cupu yang biasanya cari gara-gara, 'kan?"

"Kok jadi gitu?"

"Jadi ... berita viral di grup sekolah yang udah di hapus itu, beneran?"

"Jadi dia beneran badgirl yang dikeluarin dari sekolah lamanya gara-gara bully anak kepala sekolah?"

"Kayanya iya, deh, liat aja penampilannya sekarang."

"Eh, tapi kok dia arah ke sana? Mau ke mana?"

"Bolos kali ...."

Meskipun suara gosip tentangnya terdengar di mana-mana, Divney tidak perduli, gadis itu berjalan menyusuri koridor dengan dagu yang terangkat tinggi.

Kini sudah tidak ada lagi rambut kepang kuda yang menghiasi kepalanya, tak ada lagi kaca mata tebal yang membuat risih pandangannya, Divney berjalan angkuh, bak seorang model yang tengah catwalk di karpet merah.

"Div, tungguin gue!" teriak seseorang dari kejauhan, mengejar langkah Divney.

Tanpa menoleh, gadis itu sudah tau siapa yang memanggilnya. Cakra, kenapa lagi lelaki itu mengikutinya?

"Gue mau pulang," ujar Divney di sela langkahnya.

Setelah langkah mereka sejajar, Cakra merangkul bahu Divney dari belakang.

"Gara-gara berita di grup? Bukannya udah di hapus sama admin?"

Divney berdecak, mencoba untuk melepaskan tangan Cakra dari bahunya, namun lelaki itu tetap kekuh merangkul bahu Divney.

"Yakin mau pulang?" tanya Cakra, dan hanya dibalas deheman oleh Divney.

"Gue juga mau bolos, lo ikut gue aja," ajak lelaki itu, belok ke arah parkiran, menuju sebuah mobil berwarna hitam miliknya.

Tak banyak bicara ataupun penolakan, Divney hanya pasrah mengikuti Cakra. Karena yang ia butuhkan saat ini hanyalah menghilangkan badmood. Dan Divney tau, Cakra bisa membantunya.

Saat dua insan itu sudah hampir mendekati mobil, seseorang menghadang langkah mereka. Yang sontak saja langsung menghentikan langkah Divney dan Cakra.

Sekejap Divney berdecih, melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Devian. Melipat tangan ke depan dada, Divney tersenyum kecut ke arah Devian.

"Gue tau ini semua ulah lo. Sekarang, lo udah puas, 'kan? Soal duit lo, jangan khawatir, besok bakal gue balikin," ujar Divney, memasang wajah angkuh.

Tak menjawab, Devian hanya menaikan satu alisnya. Menyorot bingung ke arah Divney, namun tidak terlalu diperlihatkan.

Divney mengeluarkan ponselnya, menyodorkan benda pipih itu kepada Devian.

"Sekarang kasih gue nomer hp lo," pinta Divney kemudian.

"Ogah," jawab Devian dengan spontan.

Menautkan alis, Divney berdecak kesal. "Lo pikir setelah semua ini gue bakal lepasin lo gitu aja? Gak akan, lo harus terima balesannya. Kalo sampe gue dapet masalah dari nyokap gue karena ulah lo ini ... sumpah, lo bakal nyesel sampe mati!"

Setelah mendengar penuturan Divney yang sama sekali tidak ia mengerti, Devian tetap memilih untuk diam saja, matanya kian tajam menatap Divney.

Hingga tiba-tiba Divney meraih tangan Devian, lalu memberikan ponselnya kepada Devian.

"Kasih nomor hp lo!" kekuh Divney.

"Buat?"

"Buat mempermudah gue supaya lo cepet jatuh cinta ke gue."

Bad AssociationWhere stories live. Discover now