s e p u l u h

125K 14.6K 1.1K
                                    

Pelajaran kedua adalah jam kosong, sejak istirahat pertama tadi Divney memutuskan untuk duduk di kelas. Meski sudah membasuh wajah dan membersihkan seragamnya, bau busuk tetap terasa menyengat ke dalam indra penciuman.

Sesekali tampak beberapa anak mencuri pandang ke arahnya, lantas saling berbisik, dan tertawa terbahak.

Mencoba untuk tidak menggubris, Divney lebih memilih menidurkan kepalanya ke atas meja. Hingga beberapa saat kemudian, segerombolan anak memasuki kelas, itu adalah Bella dan geng-nya.

"Iyuuhh ... lo gak mandi berapa tahun, sih? Atau jangan-jangan lo abis makan bangkai tikus?! Jorok bangeett!" seru Bella, lalu seisi kelas langsung dibuat tertawa.

Divney diam saja, ia masih tetap memejamkan mata, mencoba untuk tidak perduli dengan keadaan di sekitarnya.

Brugh!

Semua anak semakin terbahak saat dengan sengaja, Bella menedang kaki bangku Divney, sampai gadis itu terjatuh ke lantai.

"Anjing!" umpat Divney, yang sontak saja langsung membuat suasana hening.

Gadis itu bangkit dari posisi jatuhnya, berdiri tegap membuat Bella melangkah mundur. Namun bukannya balas menampar atau memukul Bella, Divney hanya menghela napas, meraih tas-nya dan berlalu pergi begitu saja, meninggalkan semua orang yang tengah dalam posisi cengo.

"Dia barusan bilang apa?" tanya lelaki berambut ikal di samping Bella.

"Keknya anjing, deh," sahut gadis yang lain.

"Dia ngomong kasar?"

"Dari awal gue juga udah ngerasa, kalo tuh anak baru emang aneh."

"Diem!" bentak Bella, dan dengan seketika suasana kelas langsung hening. "Dia itu cuma cewek cupu biasa, gak sebanding sama gue!"

***

Sedangkan pada situasi lain, di UKS sekolah yang tampak sepi, terdapat Devian bersama seorang guru muda berparas cantik.

Entah apa yang ada di dalam pikiran siswa populer yang terkenal akan sikapnya yang antisosial itu, sekarang ia tengah bercumbu dengan gurunya sendiri. Siapa yang menyangka jika Devian juga memiliki gairah seksual terhadap lawan jenisnya? Ah, lagian dia 'kan memang masih lelaki normal.

Tanpa di sadari dari balik celah pintu yang tidak tertutup rapat, seseorang memasang kamera ponselnya.

Bak mendapatkan peti harta karun di siang bolong, Divney tak henti-hentinya mengukir senyum sumringah. Ia tak menyangka jika akan mendapat pemandangan berharga nan langka seperti saat ini.

"Gue bakal jadiin video ini sebagai senjata gue buat ngehancurin lo, mampus lo, Devian! Lo udah cari masalah ke orang yang salah!" gumam gadis itu.

Saat tengah asik merekam, seketika Divney langsung dibuat terperanjat kaget, jantungnya berdegup kencang, saat dari layar ponselnya, Divney mendapati tatapan Devian yang terarah ke kamera ponselnya.

Buru-buru gadis itu menyudahi rekaman, kembali menaruh ponselnya ke dalam tas, lalu bergegas pergi meninggalkan UKS. Divney berlari dengan rasa panik yang menggebu, berharap jika si sosiopat itu tidak mengejarnya.

Setelah berlari tak tentu arah, akhirnya Divney berhenti di lorong paling ujung gedung sekolahan, nafasnya tersengal, ia memegangi dadanya yang naik turun.

"G-gila, kok gue jadi panik gini, sih!" gerutu Divney pada dirinya sendiri.

Setelah menetralisir deru napasnya, Divney kembali mengukir senyum miring, gadis itu kembali mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan memutar ulang sebuah video yang tadi baru saja ia rekam.

Setelah menonton setengah durasi dari video di layar ponselnya, Divney terkekeh sendiri, lalu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.

"Gue gak nyangka kalo cowo psycho itu seagresif ini ... ah, ngomong-ngomong rasanya ciuman ganas kek gini gimana, ya? Jadi pengen," monolog Divney, terdengar asal.

Srak!

Hingga tak lama kemudian seseorang menarik tas Divney, membuat tubuh gadis itu tertarik dan menabrak sebuah dada bidang.

Belum sempat mendongak untuk memastikan siapa seseorang yang ada di hadapannya, tiba-tiba lelaki itu mendorong tubuh Divney sampai membentur dinding, lalu mendekat sehingga kini jarak mereka berdua sangatlah dekat.

Mata Divney menyipit, punggungnya terasa nyeri, lalu berdecih dan mulai menaikan wajahnya.

Dengan seketika gadis itu mematung untuk beberapa saat, matanya membulat sempurna dengan bibir yang sedikit menganga.

"D-devian?" gugupnya dengan suara parau.

To Be Continued....

Bad AssociationWhere stories live. Discover now