I : Cold

3.8K 371 61
                                    

Tangan yang terasa dingin itu membelai wajahnya, rasa kantuk yang tadi menghanyutkan hilang seketika.

"Niisan..."

"Kenapa tidur di sofa?" suara pemilik tangan tadi terdengar begitu lembut di telinga. Gadis dengan rambut panjang itu bangun dari tempat tidurnya, mengikat kembali ikatan rambut yang sudah berantakan.

Lelaki itu ikut duduk dan tersenyum tipis, membelai puncak kepala gadis di sampingnya. "Sudah ku bilang kau tidak perlu menunggu ku Hinata."

"Gomen..." suara gadis itu terdengar mengecil.

"Ada apa lagi?"

Gadis di sampingnya bergerak tak nyaman, "Pagi ini dia mengikuti ku sampai sekolah dan sore tadi ia mengikuti sampai stasiun," ucapnya setengah berbisik.

Lelaki dengan kemeja hitam itu menghela nafasnya berat, tangannya terkepal karena rasa kesal yang mulai memuncak.

"Malam ini tidurlah disini, besok aku akan mengantar mu sampai sekolah, mungkin dia akan berhenti saat dia tahu kau bersama seorang lelaki."

Hinata mengangguk pelan, "Arigatou, Sasuke-niisan." Sasuke tersenyum tipis, membelai puncak kepala gadis itu sebelum berdiri dan berniat membersihkan diri sebelum bersantai atau istirahat. "Tidurlah sekarang."

Sasuke memperhatikan gadis itu berdiri, membuka pintu kamar yang biasa gadis itu tiduri. Apartemen lelaki itu cukup besar, dengan 2 kamar dan 2 kamar mandi, dapur set dan meja makan yang cukup untuk 4 orang, ruang tamu berisi sofa berukuran sedang dan TV.

Lelaki itu membuka kancing kemeja hitamnya, memberi angin segar untuk kulitnya yang terasa panas karena aktifitasnya hari ini, ditambah keberadaan gadis itu yang tiba-tiba ada di apartemen miliknya.

Kulkas ia buka, kaleng bir dingin menjadi atensinya. Ia sangat ingin mandi tapi bir dingin lebih menarik sekarang, tak lupa ngambil sebatang rokok dari dalam kantong celananya.

Akhir-akhir ini Hinata mengatakan padanya kalau seseorang sedang menguntitnya. Awalnya Sasuke ingin mengantar Hinata ke sekolah dengan mobilnya tapi gadis yang lebih muda darinya 9 tahun itu menolak karena tak ingin merepotkan dirinya. Padahal perjalanan antara kantornya dan sekolah Hinata tak begitu jauh walaupun berbeda arah.

Bir dingin itu terasa segar di tenggorokannya, besok ia libur dan bisa mengantar Hinata ke sekolah. Setelah menghabiskan bir dinginnya Sasuke segera membersihkan diri. Shower air hangat memang pas untuk harinya yang melelahkan.

Dengan kaos hitam dan celana panjang berwarna abu-abu Sasuke masuk ke dalam kamar yang Hinata tempati, lampu utama kamar itu mati, digantikan dengan lampu tidur remang di samping tempat tidur.

Sasuke berdiri di samping tempat tidur gadis itu, memandangi Hinata yang sudah terlelap, rambut indigo gadis itu terlihat lebih gelap di cahaya remang, kulit putih pucat Hinata seperti kertas polos, memanggil untuk disentuh.

Tangan besar Sasuke bergerak pelan, membelai pipi tembam gadis yang baru saja berulang tahun 4 bulan yang lalu.

Halus.

Kulit gadis itu terasa halus saat disentuh oleh tangan kasarnya. Rona merah alami gadis itu pun tak hilang saat ia tidur.

Getaran itu kembali lagi, Sasuke menahan dirinya untuk tak menyentuh gadis di depannya lebih dari ini, ia tak tahu apa ia bisa menahan untuk melepaskan Hinata jika ia menyentuh gadis itu lebih dari yang ia lakukan.

"Oyasumi" bisiknya pada Hinata yang sudah melayang di alam mimpi. Sasuke berjongkok, Wajah y berhadapan langsung dengan wajah damai Hinata. "Tidak akan ada yang menyakiti mu lagi, Hinata." Jemari kasar Sasuke menggenggam tangan lebih kecil darinya itu, membawa jemari Hinata ke depan bibirnya. Mengecup pelan jemari pucat gadis itu dengan hati-hati.

'Melukai mu sedikit saja mereka akan mendapatkan balasan tak terkira Hinata... Tenanglah, jangan takut lagi'

< tbc >

Note.

Haloo
Tes ombak sih semoga suka

BTW sementara fict ini bakal slow update sebagai selingan Oni to Hime

Remember this dark romance fict :)

Jangan lupa vote dan komen ya kalau suka.

See you next chap!

Xoxo

Paradise ● SasuHina (END)Where stories live. Discover now