6. Identitas Kedua

4.4K 621 36
                                    

"Siapa namamu?"

"Nama hamba Daisy, Yang Mulia." Jawab Dandelion dengan kepala tertunduk. Dirinya bertanya-tanya kenapa Athes menyuruh yang lain keluar dan hanya menyisakan dirinya saja? Apakah ia ketahuan?

"Berapa umur mu?"

"19, Yang Mulia."

Bibir Athes melengkung tipis, mata sehijau aquamarinenya menatap intens pada cadar tipis yang menutupi muka Dandelion. Raja Karstan itu bangun dari tempat duduk, membuat bahu Dandelion sedikit menegang. Lalu tangan kanan kekar tersebut mengambil pedang yang ada dibelakang dan langsung ditodongkan, tepat dimata Dandelion. Gadis itu melebarkan mata terkejut. Sedikit saja ia bergerak, maka dipastikan benda tajam didepannya akan menusuk mata.

Menyeringai kecil, Athes menarik pedang. Namun sedetik kemudian, ia segera memotong tali cadar dari belakang rambut Dandelion hingga kain kecil itu jatuh dan menampakkan wajahnya yang sangat berbeda dari warga Karstan.

Kening Athes mengernyit heran. Muka itu mengingatkannya pada seseorang. Dengan nada tajam dan tidak bersahabat, Athes bertanya. "Siapa kau?"

Memberanikan diri walaupun sedikiti takut, Dandelion mengangkat kepala untuk melihat Athes. Sungguh aura pria itu terkesan seperti ingin membunuh seseorang.

Dalam keadaan seperti ini, Dandelion tidak bisa mengungkapkan jati dirinya. Apalagi Altair mempunyai banyak musuh dan siap kapan saja bisa menjadikan dirinya sebagai sandera untuk penyerangan, jika identitasnya terbongkar.

"Aku akan jujur padamu, Yang Mulia. Entah kau akan percaya atau tidak, namun yang akan aku katakan adalah kebenaran." Mengambil napas panjang, Dandelion memandang dalam dan tertuju langsung pada netra hijau milik Athes, tanpa berkedip.

Melanjutkan, "Aku terdampar dipulau ini saat berlayar dan untungnya bisa selamat. Sudah sebulan lebih aku berada di Negri mu untuk mencari cara agar aku bisa kembali ke Negri ku. Dan juga...."

Athes terus mengamati Dandelion dan menunggu si gadis menyelesaikan kalimatnya.

"Aku sebenarnya adalah Aquarius yang memenangkan sayembara Assasin Pangeran Erdhal."

Alis kanan Athes naik sebelah. Ia tahu bahwa Aquarius adalah seorang wanita, namun tak menyangka jika ia merupakan gadis yang sedang bersamanya diruangan ini. "Apa tujuan mu dengan menjadi Assasin anakku?"

Pedang yang semula diam, kini diayunkan kembali oleh Athes dan tidak main-main, ia siap menancapkannya pada Dandelion.

"Aku hanya ingin kembali ke Negri ku. Ku dengar Pangeran Erdhal akan selalu ditemani oleh Assasinnya kemanapun dia pergi dan berlayar. Aku mengambil kesempatan ini untuk kembali ke Negriku saat berlayar nanti."

"Dari mana kau berasal?"

"Aku berasal dari Kerajaan Timur, Yang Mulia. Kerajaan Fu-Hsi."

Athes tentu saja tahu tentang Kerajaan yang Dandelion sebutkan. Dia bukan Raja yang tidak tahu apa-apa soal dunia luar walaupun ia yang mendeklarasikan untuk isolasi Kerajaan Karstan.

Wajah Dandelion dilihat begitu rinci. Ya, Athes mengakui gadis ini memang memiliki wajah khas dari Kerajaan Timur Laut. Tidak heran juga jika wanita itu pandai bertarung karena Kerajaan tersebut mewajibkan setiap rakyatnya baik pria dan wanita harus pandai dalam seni bela diri.

"Jika kau memang rakyat dari sana. Aku akan menanyaimu satu pertanyaan. Jika salah, kepalamu akan langsung ku penggal."

"Hamba siap, Yang Mulia."

"Apa kau tau tentang wanita bangsawan yang bernama Yue Liang?"

Dandelion tersenyum tipis. Ck, apakah Athes meremehkannya? Tentu saja ia tahu siapa wanita yang dibicarakan. Orang itu merupakan mendiang Neneknya sendiri.

"Jawab Yang Mulia. Wanita yang kau sebutkan ialah seorang bangsawan yang menjadi Ratu di Kerajaan Lucian."

Lumayan juga. Hanya warga asli Fu-Hsi yang mengetahui hal ini. Namun, ada satu hal lagi yang merupakan bukti konkrit untuk membuktikan jika orang tersebut berstatus sebagai rakyat Fu-Hsi.

Kaki panjang nan kokoh itu mulai mengitar dan berada dibelakang Dandelion. Sigap, Athes menurunkan pakaian Dandelion dan terdapat simbol kecil berbentuk cloverleaf dipundak kanan. Cloverleaf adalah tanda yang akan diberikan pada rakyat Fu-Hsi yang telah memasuki usia dewasa, tepatnya di umur 18 tahun. Jelas jika umur Dandelion saat ini 19 tahun, gadis itu pasti memilikinya.

Jika ditanya darimana Dandelion mendapatkan tanda ini, jawabannya karena ia adalah cucu dari mendiang Ratu Yue Liang. Walau berstatus sebagai seorang Tuan Putri Altair, Dandelion juga merupakan bangsawan Fu-Hsi karena statusnya Neneknya di Kerajaan tersebut.

Dandelion bersyukur dengan identitas dirinya yang satu ini, setidaknya ia bisa memastikan bahwa Athes akan percaya penuh sekarang.

Kalau begini, bukankah tidak termasuk suatu kebohongan?

Selesai, Athes berbalik ketempat duduk. Sedangkan Dandelion segera merapikan pakaiannya dan ikut membantu Athes untuk menyiapkan makan malam. Pertama-tama, air minum disuguhkan. Lalu lauk pauk yang tersedia ditempatkan dalam satu wadah makanan.

"Silahkan, Yang Mulia."

Athes makan tanpa berkata apa-apa lagi.

Dalam keheningan, lagi-lagi Dandelion memperhatikan wajah Athes dengan seksama. Sungguh pria itu sangat menawan. Dari sekian banyaknya Pangeran maupun Raja yang pernah Dandelion temui, hanya Athes yang mampu menarik atensinya. Entahlah, mungkin karena kesan jahat dan dingin yang melekat pada pria ini?

"Aku tidak tau kenapa kau terus memandangiku. Tapi, hanya kau satu-satunya wanita yang berani melakukannya."

Terkesiap, Dandelion buru-buru menundukkan kepala. "Maaf, Yang Mulia. Hamba terkesan dengan paras anda yang belum pernah dimiliki oleh siapapun."

Hanya satu-satunya keluarga Marksient, dikenal dengan ciri fisiknya yaitu rambut perak dilengkapi warna mata green aquamarine. Ciri fisik mereka sangat dominan, itu sebabnya jika menikahi seorang anggota keluarga Marksient maka keturunan mereka pasti akan mewarisi warna rambut dan mata Marksient.

"Ini adalah ciri khas keluarga Marksient. Keluarga Kerajaan Karstan."

Dandelion manut-manut saja seolah mengerti.

"Wajahmu mengingatkanku kepada seseorang."

Dandelion sempat kaget dengan percakapan yang tiba-tiba dimulai oleh Athes. Gadis itu berusaha menyembunyikan keterkejutannya. "Benarkah? Siapa orang itu, Yang Mulia?"

"Dia dulunya adalah kekasihku. Kami harus berpisah karena hal serius."

Alis Dandelion tertaut bingung. Bagaimana Athes bisa menjalin hubungan dengan seorang wanita yang mirip dirinya? Apakah mungkin wanita itu berasal dari Fu-Hsi? Tapi bagaimana bisa? Bukankah Karstan diisolasi ketat?

Entahlah, sebaiknya Dandelion menutup mulut saja. Bukan wewenangnya untuk menanyakan hal privasi tersebut.

Sepertinya Athes paham akan diamnya Dandelion, lelaki tersebut memilih topik lain. "Kau belum memberitahuku, bagaimana kau bisa tersesat disini?"

"Ah itu. Aku dan teman-temanku berlayar untuk mencari obat. Tapi kapal kami diserang oleh badai. Aku terdampar dipesisir laut. Sampai sekarang, aku tidak tau bagaimana dengan kabar yang lain." Benar juga, Dandelion baru ingat. Bagaimana keadaan prajurit yang ikut bersamanya waktu itu? Apa mereka semua tewas?

Komen tentang cerita aja ya, thanks.

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang