27. Dia Kembali

3.2K 431 45
                                    

Akhir-akhir ini, Athes lebih banyak menghabiskan waktunya dalam merawat Serafin dan mengurus perihal politik.

Pun hubungannya dengan Dandelion jadi renggang dan menjauh. Contoh saja Dandelion jadi sering tidur sendiri sekarang- lantaran Athes yang harus menemani Serafin.

Miliaran pertanyaan menari bebas di otak Dandelion. Bingung bagaimana melanjutkan semuanya.

Dandelion ingin pulang.

Ia ingin melupakan Athes dan kembali ke Altair guna menjalani kehidupannya seperti dulu. Tapi bagaimana caranya ia kembali? Tidak ada yang ia kenal disini. Hah, dia jadi mengingat kehadiran Vernon waktu lalu. Andai saja Athes tidak muncul saat itu, ia pasti bisa meminta pertolongan pada Vernon.

"Ibu, kau belum makan?" Erdhal datang membawa nampan berisi banyak makanan disana. Saat tahu Dandelion mogok makan, anak itu buru-buru ke Krevana.

Dandelion mengukir senyuman, ia menepuk-nepuk sisi ranjang yang kosong. Segera saja Erdhal duduk disamping Dandelion. Lalu ia menyalurkan makanan untuk menyuapi sang Ibu.

"Makanlah, kau akan sakit jika tidak makan seperti ini."

Mengangguk pelan, Dandelion menerima suapan dari Erdhal. Setidaknya ia punya satu orang yang cukup peduli.

"Ayah tidak menemuimu sampai sekarang?" Pertanyaan Erdhal tidak disahut sama sekali. Dandelion memilih untuk makan suapan Erdhal selanjutnya. Erdhal paham. Ia tidak akan mengungkit soal Athes lagi.

"Bagaimana kalau hari ini kita ke pasar?"

Dandelion menggeleng. "Ibu sedang tidak ingin. Kau pergi saja bersama Jake."

Berkedip, Erdhal melanjutkan suapan. "Aku tidak akan pergi jika Ibu tidak ingin. Aku ingin menemani Ibu saja."

Kepala Erdhal dielus, bibir Dandelion tersimpul manis. Ia bersyukur. Di Karstan, setidaknya ada Erdhal satu-satunya orang yang ia punya.

"Erdhal."

"Hm?"

"Apa kau mau membantu Ibu?"

"Apa yang bisa ku bantu?"

Dandelion tampak berpikir, ia mengangkat suara. "Apa kau mau membantu Ibu kembali ke negri Ibu?"

Gerakan Erdhal terhenti.

Mata anak tersebut menatap kosong. Kemudian berpindah pada manik coklat Dandelion. Ditatapnya lekat-lekat mata gadis itu. Setelah sekian lama, akhirnya Erdhal bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu. Tapi~ baru sebentar ia mendapatkan kasih sayang itu, Ibunya malah ingin pergi.

"Erdhal?"

Erdhal terdiam, raut muka pun berubah drastis. Ia sedih.

Dandelion menatap Erdhal sendu. Agak kasihan juga meninggalkan Erdhal ditengah polemik Karstan. Anak ini seperti tidak diinginkan kehadirannya. Bagaimana ia tega meninggalkan Erdhal sendirian? Dandelion jadi bimbang.

"Apa Ibu sungguh ingin kembali?"

Cukup lama setelah mendengar pertanyaan Erdhal, Dandelion menghela napas. "Entah sudah berapa lama Ibu berada di Karstan. Ibu juga ingin kembali menemui keluarga Ibu. Lagipula tidak ada yang bisa Ibu lakukan disini Erdhal."

Muka Erdhal murung. Jujur saja kalau boleh egois, ia tidak mau Dandelion kembali. Ia tidak mau Dandelion pergi. Ia ingin Dandelion tetap disini.

"Erdhal."

Mendongakkan kepala, Erdhal menatap nyalang. Cairan bening keluar dari sudut matanya. Ia berlirih pelan, "Baiklah, aku akan membantu Ibu jika Ibu memang ingin kembali."

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang