53. Polemik

2.7K 303 26
                                    

Vernon serta pasukannya berbondong-bondong balik ke Soverin. Pria dengan tatapan dingin nan menusuk itu- baru saja menaiki kuda dan keluar dari gerbang Altair.

Punggung tegapnya semakin menjauh. Thanasa bernapas lega karena akhirnya pria menakutkan itu memutuskan untuk pulang ke negara asalnya. Dimana ia hampir mengusir paksa lantaran keadaan Dandelion semalam. Namun, pastinya akan pelik bukan? Mengingat Vernon bukanlah tipikal orang yang akan menerima begitu saja.

"Pangeran Erdhal hampir dibunuh oleh suruhan Vernon." Lander menoleh pada Thanasa yang seperti kaget mendengar penuturannya barusan. "Dia memang sangat gila. Aku tidak tau bagaimana Dandelion bisa mengenal pria itu."

Jangankan Lander, Thanasa juga penasaran tentang hubungan putrinya dan Pangeran Vernon. Jelas-jelas semua orang kenal si pria karena 'wataknya' yang buruk. Kenapa Dandelion dulu tidak menjauh saja?

"Apakah artinya sekarang kalian merestui Athes?"

"Tidak akan pernah selama aku masih Ayahnya." Sahut Delano yang baru saja datang menyusul Thanasa dan Lander. Agaknya dia risih dengan kehadiran Lander. Ya bagaimana tidak? Pria itu mantan tunangan sang istri. Terlebih, dia belum menikah sampai saat ini. Bikin Delano curiga saja.

"Kalau begitu pisah saja dari Thanasa, biar aku yang menjadi Ayahnya Dandelion."

Delikan tajam langsung terarah pada Lander yang justru menertawainya habis-habisan.

"Suamimu masih konservatif seperti biasanya." Lander menatap Thanasa tanpa mempedulikan Delano sama sekali. "Aku salut padamu bisa bertahan dengan orang ini yang selalu menciptakan masalah karena prinsip primitifnya."

Jelas Delano langsung memasang muka tak bersahabat.

Lander~ sedang menyindirnya.

"Kalau kau sudah tidak tahan dengan suamimu, aku masih bersedia menggantikannya."

"Apa kau mau dikebiri?"

Lander terbahak. Kebiri? Terdengar menakutkan. Tapi masa iya suami Thanasa ini tega mengebirinya? Padahal dia sudah berjasa banyak dalam membantu keluarga Altair. Lebih tepatnya membantu Thanasa sih.

"Ancamanmu seperti bocah saja." Ledek Lander kian memanasi Delano. Melihat tatapan pria Altair itu semakin seram, Lander akhirnya langsung menormalkan ekspresi muka. Soalnya Delano memang sangat tidak bisa diajak bercanda.

Berdeham, Raja Grassia itu melirik Thanasa sekilas yang tampak bosan dengan pertikaiannya dengan sang suami. Lander menoleh pada Delano. "Kalau Dandelion tidak menikah sampai satu tahun, kalian akan apa? Membiarkannya menerima hukuman hitam?"

Delano termenung beberapa detik sebelum akhirnya ia membuang muka kearah lain. Urusan politik saja sudah menyita banyak energi dan otaknya, ditambah masalah sang putri yang terus berlarut belum menemukan titik terang.

"Kenapa kalian tidak menikahkanku dengan Dandelion saja? Kurasa itu ide yang bagus."

"Simpan saja idemu itu dan jangan pernah kau ungkapkan didepanku." Sungguh entah bagaimana Thanasa harus menanggapi sikap Lander yang terus-terusan bercanda disituasi genting.

"Haha. Terkadang hidup juga perlu sedikit racikan tawa. Terlalu berkutat dengan masalah yang ada, tidak selalu membuahkan solusi."

"Cepatlah menikah agar tidak bolak balik di Kerajaan orang lain melulu."

Lagi-lagi Lander terbahak. Thanasa sedang menyindirnya atau berusaha mengusirnya?

"Tunanganku dicuri pria lain, bagaimana aku bisa menikah?"

"Lander...."

"Haha, hanya bercanda- walaupun kenyataannya benar." Gumam Lander diakhir kalimat.

"Athes tidak seburuk itukan untuk putrimu?" Tanya Lander pada Thanasa padahal sebenarnya ditujukan untuk Delano.

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang