28. Kehadirannya Menyakitkan

3.4K 418 75
                                    

Penampilan wanita itu begitu kotor dan berantakan. Rambutnya tak terurus juga banyak bekas luka disekujur tubuh.

Ia meringkuk ketakutkan pada suara-suara yang begitu bising.

"Janina?"

Athes berjongkok, menatap sakit dengan keadaan Janina yang jauh dari kata normal.

"Janina." Nama yang sudah lama tidak pernah Athes sapa selama 14 tahun. Wanita yang begitu pria itu cintai, muncul hari ini.

"Janina, ini aku. Athes."

Janina mengintip ragu dari tumpuan lutut.

"Janina."

"Pergi! Pergi!!!" Mata Athes melebar saat Janina meneriakinya untuk pergi.

"Pergi!!!!"

"Yang Mulia!" Pengawal langsung mengelilingi Athes dan menodongkan senjata pada Janina karena sudah berani melempari Athes barusan.

"Biarkan." Perintah Athes. Pria itu mendekat lagi walau keningnya mengeluarkan darah akibat lemparan Janina.

"Pergi! Pergi!" Teriak Janina histeris dan menutup kedua telinganya. Sesekali wanita itu mengedarkan pandangan pada orang-orang disana, lalu kembali berteriak lantaran merasa terancam.

"Pergi! Jangan menggangguku lagi!!! Pergi!!!"

"Janina, dengarkan aku."

"Pergi! Aku tidak ingin diganggu! Pergi!!"

Erdhal meringis melihat sosok wanita itu yang disebut sebagai Ibunya. Bagaimana tidak, Ibunya teriak terus menerus saat sadar dari pingsannya. Juga, Erdhal sempat didorong kuat sampai jatuh.

Apa benar wanita ini adalah Ibunya?

Kenapa baru muncul setelah 14 tahun?

Kenapa baru muncul saat Erdhal sudah menemukan pengganti sosok Ibunya?

Begitu juga dengan Athes, pria paling berkuasa di Karstan itu lumayan cemas akan keadaan Janina. Ia yakin bahwa wanita didepannya adalah Janinanya yang telah dianggap meninggal 14 tahun lalu. Mata sejernih lautan tersebut memandang sendu. Apa yang telah membuat Janina sampai seperti ini?

"Weldio, panggilkan tabib."

"Baik, Yang Mulia."

Tatapan Dandelion sangat sulit diartikan. Ia menyaksikan betapa khawatirnya Athes pada Janina. Serta bagaimana mata Athes yang menatap Janina penuh kerinduan dan kasih sayang.

Sungguh, Dandelion tidak mengerti dengan jalan cerita hidupnya.

Baru saja mendapatkan keretakan hubungan bersama Athes, kini, ia juga mengalami cobaan karena kembalinya sang pujaan hati Athes.

Entahlah.

Apa Dandelion harus menyerah saja?

***

Erdhal dan Jake berdiri tegak menghadap pada Athes. Mereka adalah saksi yang menemukan Janina.

"Bagaimana kau bisa menemukan Janina?"

Sang Pangeran mendongak. Dibanding sebutan 'ibumu' Athes lebih memilih kata 'Janina' ketika bertanya pada Erdhal. Disaat seperti ini apa Ayahnya masih mementingkan permusuhan diantara mereka?

"Kami melihatnya dipasar."

Alis Athes mengkerut. "Pasar?"

Mengangguk, Erdhal mengangkat suara kembali. "Aku dan Jake berjalan-jalan dipasar untuk membelikan Ibu Daisy kentang rebus, lalu tak sengaja melihat kerumunan rakyat yang ternyata tengah mengelilingi Janina. Ia tak sadarkan diri."

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang