36. Pengajuan Pernikahan

3.6K 487 91
                                    

Ekspresi membunuh nan dingin begitu terlihat dari muka Delano. Tak hanya itu, begitu dia bertemu dengan Athes, atmosfer dalam ruangan langsung berubah gelap mengalahkan gulita malam.

Satu hal yang bikin Delano agak jengkel, entah anugerah atau memang Tuhan yang terlalu berpihak pada pria didepannya ini. Paras Athes tidak tampak tua atau selayaknya seumuran dirinya.

Mendudukkan diri, Delano berada disamping Thanasa terlampau cukup dekat dan beberapa kali sengaja merangkul istrinya seolah-olah menunjukkan pada Athes bahwa ia adalah sang pemilik.

"Sudah lama tidak bertemu." Athes membuka suara duluan.

"Langsung saja, apa tujuanmu kesini?" Sela Delano dengan nada suara yang tidak terlalu bersahabat.

Memandangi Delano beberapa saat, Athes berpaling pada Thanasa. Tentu tindakannya barusan membuat Delano memberi tatapan mematikan. Ia sedang bertanya tapi malah diabaikan?

"Apakah boleh aku menginap di Kerajaanmu untuk beberapa hari?"

"Tidak." Sudah tahu kan siapa yang melarang dengan bariton dingin barusan?

"Apakah boleh?" Tanya Athes tidak mengindahkan matanya sama sekali. Safir hijau lautan itu tetap terarah pada satu-satunya wanita yang ada didalam sana.

"Apa alasanmu ingin tinggal ditempatku? Bukankah banyak penginapan disekitaran Altair yang lumayan bagus?" Giliran Thanasa berbicara. Delano juga penasaran akan jawaban Athes kali ini walau ia tetap memasang mimik datar.

"Aku mencari buronan Kerajaanku yang kabur ke Altair. Seharusnya alasan ini cukup untuk menerimaku sebagai tamu bukan?" Sahut Athes tenang.

Menghela napas, Thanasa bertanya lagi. "Memangnya siapa buronan itu sampai seorang Raja sepertimu turun tangan sendiri?"

Bibir Athes tertarik sedikit. Ia menyadari bahwa Thanasa yang sekarang jauh lebih dewasa dibanding dirinya dulu yang terkenal pembangkang dan remaja labil. Harus Athes akui Thanasa memang memukau. Terlebih paras Thanasa yang tidak berubah banyak. Justru tampak lebih menawan dan dewasa. Mengingatkannya pada sesosok gadis yang tengah dicari dan ingin dibunuh.

"Jaga ekspresi mukamu. Dia sudah mempunyai suami dan dua anak. Kami bahkan akan membuat anak ketiga, keempat atau sebanyak-banyaknya agar kau sadar." Sungut Delano samar-samar menangkap Athes seperti memberikan senyuman untuk Thanasa.

Dan inilah saatnya Athes mulai menoleh pada Delano. Bagaikan singa bertemu serigala. Dinginnya benua Antartika pun tidak bisa mengalahkan suasana tegang diantara mereka.

"Jangan lupa aku juga seorang Raja dari Kerajaan 5 terbesar. Kau tidak pantas berbicara seperti itu padaku."

Tersenyum sinis, tatapan Delano menajam. "Walau kau Raja dari Kerajaan 5 terbesar, jangan lupa kau sedang berada diwilayah kekuasaanku."

Entah kenapa Thanasa merasa kembali ke masa-masa saat ia dulu menyaksikan perseteruan antara Delano dan Athes. Kejadian lama yang seperti terulang kembali.

"Sudahlah. Kalian sudah cukup berumur jika ingin memulai perang." Interupsi Thanasa berusaha menengahi kedua pria yang menurutnya paling konyol.

"Tampaknya buronan yang kau cari melakukan kesalahan besar karena kau sampai harus turun tangan. Kami akan membantumu mencari buronan itu dan kau bisa tinggal disini selama mencarinya."

"Aku tidak setuju." Seru Delano cepat. "Dia harus mendapatkan ijinku dulu. Bagaimanapun aku adalah Raja di Altair."

Mengerjap, Thanasa bangkit dan memberi satu permata ruby miliknya pada Delano. Permata ruby itu adalah pemberian Delano yang mempunyai kekuasaan bagi Thanasa untuk meminta apapun pada sang Raja Altair. Sejauh ini ada 3. Dan ini pertama kalinya Thanasa mengeluarkan permata ruby. Betapa masamnya muka Delano tidak menyangka demi seorang Athes- Thanasa bahkan rela menggunakan permata ruby.

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang