41. Masa Lalu Kembali Hadir

4K 433 38
                                    

"Akhhh." Delano agak mengerang saat Thanasa membantunya mengganti pakaian. Tangan kanannya yang patah itu- digerakkan oleh Thanasa agar mudah masuk ke lengan baju, tapi malah menyebabkan rasa yang lumayan sakit.

"Pria sialan itu benar-benar tidak termaafkan."

"Dia itu calon menantumu. Kau masih akan memanggilnya pria sialan?"

Mata Delano melotot protes. "Calon menantu? Omong kosong apa yang kau bicarakan?"

"Dia Ayah dari bayi yang dikandung Dandelion, jadi apa lagi?"

Alis Delano mengkerut, ia memberi tatapan tak suka. "Kau memberinya restu?"

"Aku tidak bilang begitu, tapi fakta bahwa dia adalah Ayah dari bayi Dandelion, itu bukanlah hal yang bisa disangkal. Dunia akan tau begitu anak tersebut lahir."

Delano tampak bingung. Thanasa yang mengerti akan hal itu melanjutkan lagi, "Athes berasal dari keluarga Marksient. Keturunan Marksient akan mewarisi ciri fisik mutlak yaitu rambut perak dan mata berwarna hijau. Dalam sekali lihat, orang pasti akan tau. Begitupun dengan anak yang dikandung Dandelion, orang-orang pasti bisa menebaknya saat anak itu lahir."

Menghela napas panjang, Delano berdecak kesal. "Bagaimanapun aku tetap tidak akan setuju jika dia menikahi anakku. Dia pikir dia itu siapa?"

Thanasa selesai mengenakan pakaian pada Delano. Kini, ia memfokuskan diri pada sang suami. "Keputusan ada ditangan Dandelion, kita tidak perlu ikut campur. Jika Dandelion memang ingin menikahinya, bukankah itu adalah hal yang baik?"

Lagi-lagi Delano naik pitam. "Hal baik? Dimataku tidak ada yang baik sama sekali dari dirinya."

"Kau sudah lumayan berumur, tapi tetap saja tidak bisa melepas masa lalu."

"Bagaimana aku bisa mengiraukan orang yang dulunya ingin merebut istriku?" Tanya Delano penuh afeksi geram. Kepingan-kepingan masa lalu, kembali teringat. Memori tak mengenakkan itu, entah kenapa terus menjerat dalam otaknya sampai saat ini.

"Sekarang dia bahkan ingin merebut anakku juga." Setiap kata Delano mengandung sejuta kebencian yang tertuju pada Athes. Ia tidak pernah bisa membayangkan jika lelaki itu harus menjadi menantunya.

"Lalu kau mau apa? Menikahkannya dengan Vernon?"

Delano tercenung. Berkedip, ia kembali menatap Thanasa. "Bagaimana menurutmu soal bocah tengik itu?"

"Aku yakin dia bisa menjaga dan melindungi Dandelion. Tapi aku agak ragu soal kesehatan mentalnya."

"Ck, kenapa tidak ada pria yang waras untuk Dandelion? Apa sebegitu kecilnya dunia ini?" Delano jadi meracau sendiri karena dongkol.

"Bagaimana jika denganku?"

Suara interupsi seseorang membuat Delano dan Thanasa menoleh. Keduanya sama-sama agak terkejut dengan siapa yang tengah berdiri sambil melipat tangan didepan pintu.

"Lander?"

Menyunggingkan senyuman lebar, Lander masuk dengan santai, ia duduk dihadapan kedua sejoli disana. Pria itu kelewat santai, bahkan tidak memberi penghormatan untuk sang tuan rumah. Seolah-olah ialah pemilik Kerajaan tersebut.

Sikapnya itu mengundang sorotan membunuh dari Delano. Entah kenapa, dalam situasi yang buruk, pria itu selalu hadir.

Dan~ tidak membantu apa-apa.

Beban.

"Aku baru tiba beberapa waktu yang lalu bersama Tristan."

"Kakakku ada disini?" Tanya Thanasa.

Mengangguk, Lander memberi senyuman. "Xenya dan Pangeran Xerka tidak bisa ikut karena mereka harus mengurus Kerajaan Claus terlebih dahulu. Kemungkinan akan menyusul. Jadi cuma kami berdua yang kesini."

DANDELION (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang