Chapter 10

67 8 0
                                    

"Lisa!! Ayo cepat nanti kita bisa terlambat!" teriak Jane setengah berlari.

Sore ini akan diadakan pertemuan perdana untuk anggota baru klub drama karena itulah Lisa dan Jane sangat bersemangat untuk hadir tepat waktu dipertemukan tersebut.

"Jane tungguin gue!" Lisa berteriak cukup keras hanya saja Jane terlau bersemangat untuk sampai ke tujuan sehingga ia tanpa sadar meninggalkan Lisa jauh di belakang.

Karena tak mampu mengimbangi lari Jane, Lisa pada akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak.

"Semangat sih boleh, tapi gak usah sampai ninggalin gue juga kali." Lisa berdecak sebal. Ia kemudian berjalan menuju pagar pembatas lantai dua dan tanpa sengaja melihat Ruth, Elsa dan Dira di sana, mereka tengah berkumpul di dekat tiang basket.

"Mereka bertiga lagi ngapain di sana?" pikirnya.

"Sepertinya mereka lagi ngomongin sesuatu yang penting deh. Apa jangan-jangan ini ada hubungannya sama obat yang pengen mereka cari tahu," Lisa menerka-nerka

"Mana gue gak bisa dengar yang mereka obrolin lagi." Lisa mengigit bibir bawahnya.

"Eh Lisa!!" Panggil Jane seraya menepuk pundaknya.

"Kita udah telat ngapain sih pake berhenti segala," kesal Jane.

Jane lantas menarik Lisa untuk ikut pergi bersamanya. Lisa sebenarnya sudah berusaha untuk menghentikan Jane karena ia masih ingin mencari tahu apa yang sedang ketiga gadis itu rencanakan, tapi Jane tetap memaksa agar Lisa ikut dengannya.

***

"Gue gak setuju! Keluar dari asrama tanpa sepengetahuan bu Nara atau pak Derawan sama aja dengan mencari masalah," Elsa tak setuju dengan ide Ruth.

"Gak ada cara lain lagi, karena kalau kita mau tahu obat apa yang diperdagangkan sama kepala sekolah, maka malam ini juga kita harus pergi ke vila itu," Ruth sudah memutuskan.

"Tapi tetap aja rencana kamu itu terlalu beresiko. Apalagi kamu tahu sendiri kan kalau anak-anak orkes selalu patroli tiap malam," kali ini Dira yang menyampaikan pendapatnya.

Ruth menatap Dira tajam. "Ini bukan yang pertama kalinya kita menyelinap ke luar asrama, jadi kenapa harus takut? Lagian kita juga gak pernah ketahuan sama organisasi keamanan sekolah kok."

"Ya, tapi kan..." belum sempat Dira menyelesaikan kalimatnya, Ruth sudah lebih dulu memotong.

"Kalau lo masih pengen tahu alasan Sifrah meninggal, maka cuma ini satu-satunya cara. Jadi lo harus setuju!" ujar Ruth sedikit memaksa.

"Emang lo pikir bakal segampang itu ya, nyari vila yang dimaksud sama kepala sekolah? Kita aja gak tau di mana lokasi pastinya," Elsa tak paham lagi dengan jalan pikiran Ruth. Jujur saja ia benar-benar muak dengan sikap Ruth yang terkesan seperti seorang bos yang kerjanya hanya memerintah sesuka hati.

"Gue gak mau ikut dalam rencana ini," Elsa sudah memutuskan.

"Entah kenapa gue ngerasa kalau lo itu terlalu terobsesi sama obat aneh yang dibuat sama kepala sekolah. Mungkin aja selama ini lo juga gak ada niatan untuk nyari Lia," Elsa menambahkan.

"Terserah lo mau beranggapan gimana, tapi yang pasti gue udah gak mau berurusan sama murid-murid dari jalur keempat lagi, makanya gue pengen cepat-cepat menyelidiki tentang obat itu. Siapa yang tahu, mungkin setelah kita mengungkapkan tentang obat itu ke dunia, maka peraturan sekolah bisa diubah," Ruth mengutarakan niatnya dan sontak hal tersebut membuat Elsa dan Dira kaget.

"Mengubah peraturan sekolah?" Dira mengernyitkan keningnya.

"Iya, mengubah peraturan sekolah. Gue mau peraturan yang lama dikembalikan," Ruth mengutarakan niatnya.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now