Chapter 26

40 4 0
                                    

Pikiran Tiffani kalut pada kotak kecil berwarna hitam itu. Di dalamnya terdapat X-PIRAD 028, dia memang sengaja menyembunyikan obat itu di sana agar terhindar dari jangkauan Ruth. Namun, bukan obat itu yang membuat pikirannya menjadi kalut, melainkan misi baru yang Ruth ajukan semalam.

Flashback on

"Apa perlunya sih kita mencari tahu siapa pembuat X-PIRAD 028?" Tiffani menentang misi tersebut.

"Murid kelas 11 yang udah menciptakan X-PIRAD 028 mungkin aja sama berbahayanya dengan pak Derawan," ujar Ruth dengan penuh keyakinan.

"Kita masih gak tau apa motif Sella memberikan X-PIRAD 028 ke Ify dan teman-temannya. Kasus kematiannya Sifrah juga masih belum jelas, selain itu Lia juga belum ketemu. Gue curiga kalau murid kelas 11 itu memiliki keterlibatan yang sama dengan pak Derawan dan bu Nara," duganya.

"Bisa jadi dia bos besar yang sebenarnya," timpal Dira.

"Bos besar yang sebenarnya? Apa maksudnya kak?" Ify langsung menegakkan tubuhnya.

"Tadi siang kami pergi menemui pak Derawan dan dari situ kami curiga kalau pak Derawan sebenarnya dijebak. Mungkin dia juga korban sama seperti bu Nara," Dira memberi tahu.

"Ck, dijebak. Gak mungkin!" Tiffani tak percaya.

"Dengar Tif, kita gak punya banyak informasi tentang murid kelas 11 itu. Dia seolah-olah bersembunyi di balik bayangan, bahkan setelah bu Nara meninggal dan pak Derawan tertangkap kita masih gak tau siapa dia yang sebenarnya. Makanya kami berpikir kalau mungkin dia bos besarnya atau dengan kata lain orang yang selama ini mengendalikan bu Nara dan pak Derawan. Apalagi video yang gue dapat waktu itu berasal dari sumber anonim," Ruth menyampaikan kecurigaannya.

"Kak Ruth mungkin benar karena kalau orang lain yang merekam video itu, maka dia pasti bakal lapor ke polisi lebih dulu bukannya malah menghubungi kak Ruth," Aila sependapat.

"Berarti ada kemungkinan kalau dia udah tahu siapa kita. Buktinya aja dia ngirim video itu ke nomor kak Ruth," Lisa ikut berkomentar.

Tiffani cemberut, ia merasa jika kecurigaan teman-temannya tidak berdasar.

Flashback off

"Ck, misi yang konyol." Tiffani meletakkan kotak hitam tadi ke dalam laci kemudian mengucinya rapat-rapat setelah itu, ia pergi meninggalkan markas RED TAIL.

***

Keesokan paginya, murid-murid angkatan ke-12 dikumpulkan di ruang auditorium. Ada yang ingin bu Niar sampaikan kepada mereka. "Selamat pagi anak-anak," sapa bu Niar dari atas podium.

"Seperti yang kalian ketahui, hari ini akan diadakan ujian simulasi. Aku harap kalian tidak merasa tertekan." Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Sebelum menjadi kepala sekolah, aku adalah seorang apoteker dan terbiasa bekerja sama dengan perawat dan dokter. Bagi tenaga medis seperti kami, kesehatan menjadi hal yang paling utama. Sebagai kepala sekolah yang baik, aku tentu ingin melihat murid-muridku tetap sehat dan bugar terutama di masa-masa ujian seperti ini. Karena itu aku sengaja menyiapkan banyak vitamin untuk kalian." Bu Niar memberi kode kepada bu Retno agar segera membagikan vitamin yang telah ia siapkan sebelumnya.

"Anak-anak kalian harus rutin meminum vitamin ini agar daya tahan tubuh kalian terjaga," ujar bu Retno.

"Setelah ini kalian boleh kembali ke kelas masing-masing dan bersiap untuk mengerjakan soal ujian," bu Niar memberi intruksi. Para murid lantas berhamburan ke luar auditorium termasuk Ruth, hanya saja wajahnya tampak lesu seolah-olah ada beban berat yang sedang ia pikirkan. Bu Niar menyadari hal tersebut, tapi ia memilih untuk tidak ikut campur.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now