Chapter 17

46 5 0
                                    

Elsa langsung membanting tubuhnya ke kasur. Kepalanya dibuat sakit setelah mendengarkan ceramah panjang dari bu Nara, itu pun dia sampaikan di tengah lapangan terbuka.

"Cape banget, rasanya gue pengen tidur aja." Elsa memejamkan matanya sebentar, namun bunyi notif pesan yang masuk melalui jam tangan androidnya seketika membangunkannya.

~Ruth
|Kembali ke tempat yang tadi.
|Sekarang!

"Seriously!" Elsa cemberut.

"Masa gue harus ke sana lagi sih? Gue kan cape habis panas-panasan di lapangan, mana bau keringat lagi!" kesalnya.

"Apa gue mandi dulu ya?" Elsa mengigit kuku jarinya. Ia kemudian beranjak dari kasur lalu mengambil handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

***

"Elsa ke mana sih? Dari tadi kok gak datang-datang juga." Tiffani merengut kesal, ia bosan menunggu kedatangan Elsa.

"Lebih baik kak Ruth langsung aja bawa kami ke tempat yang tadi kak Ruth maksud," saran Lisa.

"Iya, lagian kita juga gak tahu kak Elsa datangnya kapan. Kalau dia datangnya agak siang kan gak lucu," Ify setuju dengan saran Lisa.

"Kita tunggu dia sebentar lagi," titah Ruth.

"Positive thinking aja. Mungkin dia terjebak masalah." Dira menaikkan bahunya.

"Dia yang jadi sumber masalahnya di sini." Tiffani memutar bola matanya jengah.

Pintu lift kemudian terbuka. Elsa keluar dari dalam lift dengan balutan dress putih selutut dan polesan make up tipis di wajahnya.

"Kenapa baru datang sekarang?" Ruth langsung mencecar Elsa dengan pertanyaan.

"Sorry, tadi gue mandi dulu terus skincarean juga makanya lama," jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Tiffani hanya mengetuk-ngetukkan jarinya di meja mencoba untuk bersabar melihat tingkah Elsa.

"Karena semuanya udah pada ngumpul, maka langsung aja gue ajak kalian ke tempat yang gue maksud tadi," ujar Ruth yang seketika membuat Lisa jadi bersemangat.

Ruth kemudian mengajak mereka semua menyusuri rak bagian belakang. Ia lalu berhenti di salah satu rak, di sana Ruth menarik satu buku dengan cover berwarna hitam yang di bagian depannya terdapat gambar mahkota, buku itu berjudul SMC. Buku yang Ruth tarik tadi tak sepenuhnya jatuh hanya miring sedikit, tapi bukan buku itu yang menjadi fokus utamanya karena setelah bukunya ditarik sesuatu yang mengejutkan terjadi. Rak bergaya vertikal itu mendadak bergeser dengan sendirinya dan di baliknya terdapat sebuah pintu berwarna hitam yang di bagian tengahnya lagi-lagi ada gambar sebuah mahkota.

"Wow!" hanya satu kata itu yang dapat keluar dari mulut Elsa.

"Ayo, masuk." Ruth membukakan pintu untuk mereka.

"Ini ruangan apa?" tanya Dira heran.

"Gue baru tau kalau ada ruangan seperti ini di SMA Kharisma," ujar Tiffani takjub.

Jelas mereka takjub dengan penampakan seisi ruangan yang serba putih mulai dari dinding bahkan sampai perabotan di dalamnya pun juga berwarna putih seperti lemari, kulkas, Ac, rak buku, televisi, loker, papan tulis dan meja panjang yang diisi oleh 10 kursi. Di sudut ruangan juga terdapat laboratorium mini, yang dilengkapi dengan meja demontrasi, meja kerja siswa dan bak cuci pada meja.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now