"Argh, Baby. Slow down, aku tidak akan kemana-mana." Peringat Glatea, ketika wanita itu merasakan tubuhnya yang terhentak kerasnya dinding kamar hotel mereka, saat Daxton yang dengan tidak sabarnya mencium bibirnya, dengan Glatea yang berada di dalam gendongannya.
Daxton yang mendengar itu pun menyeringai pelan, sebelum melanjutkan kegiatannya yaitu menciumi wajah Istrinya itu. Ciumannya pun yang semula bermain pada bibir Glatea kini sudah berpindah secara perlahan ke bagian rahang wanita itu. Menciuminya hingga pergerakan bibirnya membawa Daxton ke salah satu bagian sensitif dari wanitanya, telinga.
"God Glatea, you smells so good." Bisik Daxton pada telinga Glatea.
Glatea mendengakkan wajahnya seraya mengeluh pelan, "Daxton, astaga."
Daxton tersenyum lebar ketika pria itu mendengar lenguhan yang baru saja lolos dari bibir Istrinya, hanya dengan permainan lidahnya pada telinga wanita itu. Daxton pun semakin menekankan tubuhnya pada tubuh Glatea, dan memastikan tubuh wanitanya itu seimbang, sebelum pria itu melepaskan tangannya pada pinggang wanita itu, dan memindahkannya pada sekitaran buah dadanya.
Permainan kedua tangan Daxton pada dada milik Glatea sontak membuat sang wanita semakin mengeluh kencang. Selain karena remasan yang diberikan oleh pria itu kepadanya, hormonnya yang meningkat pada Glatea akibat kehamilannya pun menjadi tambahan istimewa di dalam permainan mereka kali ini.
"Baby." Lenguh Glatea sembari menjambak pelan rambut belakang milik Daxton, yang justru menambah gairah yang ada di dalam diri pria itu kian meningkat.
"Aku tidak membawa pengaman," bisik Daxton diantara kecupannya pada bibir Glatea.
Glatea yang mendengar itu pun memutar matanya malas, "Sudah jadi juga, tidak ada gunanya."
Daxton terkekeh pelan, "Jadi, kita akan mengunjungi anak kita secara langsung?"
"Dax, kamu memang tidak pernah menggunakan pengaman, bahkan dari sebelum aku mengandung."
"I'll take that as a compliment, Bubs."
Glatea mengerutkan alisnya, "Kenapa kamu malah menganggapnya sebagai pujian? Aku baru saja menyindir kamu pelupa, bodoh."
Daxton berdecak pelan, sebelum mengecup bibir milik Glatea. "Your mouth, Glatea."
Glatea menyeringai, wanita itu pun menarik kedua lengannya perlahan, sehingga menyebabkan wajah Daxton menjadi mendekat ke wajahnya. "Mulutku? Ada apa dengan mulutku?"
"Nakal,"
Glatea mengangguk paham, "Kalau sesuatu yang nakal, bukannya seharusnya mendapatkan sebuah hukuman? Apakah itu juga berlaku untuk mulutku?"
Daxton menatap wanita itu beberapa saat, sebelum berakhir ke arah bibir Glatea yang saat ini sudah berkondisikan sangat mengenaskan. Bibirnya yang membengkak, lipstik wanita itu yang berantakan, dan Daxton sangat bangga untuk mengakui, bahwa itu semua adalah hasil perbuatannya.
"Daxton,"
Daxton yang tersadar dari lamunannya pun mengalihkan tatapannya kembali ke kedua mata berwarna biru laut milik wanitanya itu. "Yes, Baby?"
"Kenapa terdiam?"
"Kamu cantik"
Glatea mengernyit bingung, "Are you okay?"
Daxton tersenyum tipis, sebelum menganggukan kepalanya. "Of course I am. Aku terdiam karena aku sedari tadi memandang kamu, Glatea. Dan disaat aku mengatakan bahwa kamu cantik, kamu memang benar-benar cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Devil [COMPLETED]
RomanceCerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik. ⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
![Dealing With The Devil [COMPLETED]](https://img.wattpad.com/cover/242909665-64-k201669.jpg)