🖤01. Kehidupan Mereka

376 51 18
                                    

*Kalimat bold anggap aja bahasa Jerman.

Di sebuah bar ternama Berlin, suara musik mengisi seluruh sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah bar ternama Berlin, suara musik mengisi seluruh sudut ruangan. Setiap pengunjung sibuk dengan urusan duniawi mereka di tempat ini, termasuk dua wanita di salah satu meja yang cukup mewah bertahtakan berbagai jenis alkohol seharga rata-rata €8000 atau Rp 130 juta perbotolnya.

"Adelin, kau tau siapa yang mendapatkan tas Chanel Diamond Forever di lelang kemarin?" tanya salah satu gadis berambut pirang sebahu, wajahnya sarat akan ketidaksukaan.

Yang dipanggil Adeline itu menghentikan kegiatannya, menoleh dengan tatapan bertanya kepada temannya yang bernama Kathe, "Siapa memangnya?"

"Siapa lagi, kalau bukan Veryl Anderson!"

Adeline mendengus, "Dia lagi? Kenapa selalu dia, Kath?!" gadis itu melemparkan lipstiknya, terlihat marah.

"Sudahlah, Adeline, dari segi apapun kau tidak akan bisa mengalahkannya. Ku dengar dia baru saja berlibur dengan salah satu anak laki-laki dari keluarga Quandt, yang memiliki saham terbesar di perusahaan BMW." Tatapan Adeline penuh murka kepada Kathe, ia mengigit bibir bawahnya menahan kesal.

"Minggu lalu ku lihat dia berkencan dengan salah satu model, sekarang berlibur dengan pria lain lagi? Apa gunanya kaya raya tapi tak punya harga diri, dasar murahan."

Bersamaan dengan itu, suara ketukan heels terdengar mendekat, Kathe yang sedari tadi seperti Ratu gosip bermulut besar seketika menelan ludah melihat sosok yang datang.

Bersamaan dengan itu, suara ketukan heels terdengar mendekat, Kathe yang sedari tadi seperti Ratu gosip bermulut besar seketika menelan ludah melihat sosok yang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ve-veryl?" gagapnya.

"Halo, Adeline, Kathe, apa kabar?" tanya Veryl dengan nada yag sangat ramah, sebelah sudut bibirnya terangkat dan hal itu sontak saja membuat kedua gadis tadi merasa terintimidasi.

Veryl semakin mendekat, mengambil salah satu botol wine di meja lalu menuangkannya ke dalam gelas untuk dihabiskan dengan sekali teguk saja.

Karena pertanyaan basa-basinya tak dijawab, Veryl kembali melanjutkan kalimatnya, "Hahaha, kenapa aku bertanya kabar kalian, ya? Tentu saja baik, karena sepertinya energi kalian berlebih hingga terlalu repot mengurusi hidup orang lain." Adeline mengepalkan tangannya mendengar kalimat sarkas Veryl.

DEGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang